Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ia yang Terbakar Jiwanya

21 Agustus 2019   12:32 Diperbarui: 21 Agustus 2019   12:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mandala berjalan gontai sore itu. Ia diludahi dan dihajar oleh kawan-kawannya ketika main sepak bola.

Ceritanya, Mandala menendang bola dan bolanya meluncur deras ke arah muka Mahdim. Kiper lawan. Tak ayal, Sampuki langsung berlari ke arah Mandala. Tanpa basa-basi ia meludahinya berkali-kali.

Mandala tidak terima. Ia segera meninju wajah Sampuki. Dari situ pengeroyokan dimulai.

Lima anak laki-laki berebut mendaratkan tangan dan kakinya ke arah Mandala. Mandala tidak berdaya. Ia hanya menangkis. Mundur. Menangkis. Dan sesekali memberikan perlawanan.

Semua teman satu timnya hanya menonton. Tak membela. Mandala menyadari itu. Diperbolehkan main bola saja itu merupakan sebuah kemewahan.

Mandala, ia anak satu-satunya Abu Bira. Abu Bira telah meninggal dua tahun lalu. Di tembak algojo. Ia menjadi otak pengeboman di sebuah hotel kota X.

Ketika itu, Mandala berumur 7 tahun. Ia hidup bersama pamannya. Sang Ibu tidak diketahui keberadaannya. Konon buron. Sampai kini tak ketemu.

Anak teroris, begitu labelnya. Mandala dikucilkan. Semua warga desa, tak sudi anaknya menjadi teroris. Jalan satu-satunya: jauhi Mandala.

Pamannya menyadari betul situasi keponakannya. Tetapi ia bertekad akan membesarkan anak yang tidak bersalah itu. Maka, ia sudah menyiapkan gudang-gudang kesabaran.

Ia memberikan petuah-petuah pada Mandala. Kendati tak semua bisa dilahap keponakannya.

Mandala berjalan gontai sore itu. Tubuhnya yang ringkih terasa sakit bukan main. Ia menyeka darah di bibirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun