Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Ngobrol Skincare, Cerita Ibu tentang Asmara Anak Gadisnya

14 Maret 2025   13:36 Diperbarui: 15 Maret 2025   12:47 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan ibu. Saya ayah yang hidup di antara tiga perempuan. Satu istri dan dua anak kami, perempuan. Sehingga, saya mengetahui banyak obrolan mereka. Tentang di antaranya, masakan dan skincare.

Membincangkan masakan dan/atau skincare, di benak saya, identik dengan wanita. Maka, ketika istri dan kedua putri kami sedang mempercakapkan tentang keduanya, baik masakan maupun skincare, sebagai sesuatu yang lumrah.

Hanya memang, ketika mempercakapkan masakan, kadang saya dilibatkan. Dan, ini wajar saja sebab masakan juga bagian langsung dari seorang pria, ayah. Bukankah saya, juga kaum Adam yang lain, membutuhkan makanan?

Tetapi, ketika mempercakapkan skincare, atau barang-barang rinciannya, saya merasa tersisih. Sebab, perbincangan ini lebih mengarah ke kebutuhan perempuan.

Sekalipun bukan mustahil ada juga pria yang membutuhkannya. Tentu tak sesempurna yang dibutuhkan oleh perempuan. Jumlah pria yang membutuhkannya pun tak banyak.

Saya, sebagai ayah, juga suami, kadang dilibatkan dalam perawatan sekalipun sangat minimalis, yaitu perawatan wajah. Itu pun bukan keinginan saya. Lebih ke keinginan istri. Mungkin ia merasa lebih percaya diri kalau wajah pasangannya bisa terlihat lebih kinclong, meskipun tak mungkin bisa.

Sekalipun merasa tersisih dan mendapat perawatan yang minimalis, saya tak dapat menolak kodrat mereka. Yaitu, setiap bulan, nyaris, maaf, ada anggaran yang dibutuhkan. Sesuai dengan pepatah Jawa, jer basuki mawa bea.

Sekurang-kurangnya artinya demikian, segala sesuatu yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan tentu membutuhkan biaya. Rasanya tak ada yang tanpa biaya kalau sesuatu diadakan untuk memenuhi kebutuhan.

Saya, yang bukan ibu, tetapi hidup di lingkungan para perempuan dalam keluarga, sedikit banyak, tak sekadar mengetahui, tetapi menghayati sikap, perilaku, dan obrolan mereka saat berada di rumah atau di lain tempat.

Karena, kadang saya juga dilibatkan sebagai pengantar dalam aksi nyata mereka, atau di antara mereka, saat berburu skincare atau bahan masakan, juga makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun