Saya pensiun masih tujuh tahun lagi. Tujuh tahun masih lama. Itu hitungan bagi orang yang pensiunnya tinggal dua atau satu tahun lagi. Tapi, hitungan bagi saya tinggal sebentar. Itu karena saya membandingkannya dengan teman-teman yang masih baru masa kerjanya.Â
Bukankah dalam hal ini saya boleh membandingkannya? Setidaknya agar saya dapat merasakan bahwa tinggal sebentar (lagi) bekerja. Hehe.
Akhir-akhir ini saya memang melihat beberapa senior saya yang mau pensiun. Ada yang hitungannya tinggal satu bulan, ada yang tinggal satu tahun.
Dari mereka, saya melihat gaya bekerja. Ada yang masih bersemangat, tapi ada juga yang kurang bersemangat. Tentu pilihan itu sangat pribadi sifatnya. Sebab, tiap orang memiliki pandangan dan penghayatan yang berbeda terhadap persoalan yang dihadapi.
Bagi sebagian orang, masa menjelang pensiun dapat dipandang atau dihayati sebagai waktu yang harus dihargai untuk tetap semangat bekerja. Bisa saja karena mereka merasa memang masih menerima gaji sehingga antusiasme bekerja tetap dijaga.Â
Atau memang mereka ingin memungkasi masa kerjanya dengan "peninggalan" yang lebih berarti. Meskipun sebetulnya, sepanjang mereka bekerja, pekerjaan yang dilakukannya pasti sangat berarti.
Saya memiliki seorang senior yang tinggal sebulan aktif bekerja, artinya bulan berikutnya ia sudah pensiun, semangat bekerjanya "luar biasa". Seolah ia tidak memasuki masa menjelang pensiun. Memberi layanan belajar kepada anak-anak didik tetap oke. Tidak malas-malasan.
Bahkan, kalau masih dibutuhkan, sebelum mendapatkan pengganti, ia tetap mau mengajar. Hanya, ia mengatakan kalau pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Artinya, ia tetap mau mengajar sembari menunggu pengganti, kalau pembelajarannya offline.Â
Kalau pembelajaran secara online, ia tidak mau. Karena pembelajaran online atau dikenal dengan sebutan pembelajaran jarak jauh (PJJ), dialaminya sangat merepotkan.
Sikap salah seorang senior saya tersebut tidak dapat dikaitkan dengan gaji. Sebab, ia akan tetap menerima gaji meskipun berhenti bekerja.