Mohon tunggu...
Pak Dhe  Gondo
Pak Dhe Gondo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jujur Saya Ingin Membunuh Laki-laki Itu

15 November 2017   23:26 Diperbarui: 15 November 2017   23:32 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya baru saja mendapatkan pengalaman menarik, yang sungguh, merobek kepercayaan saya pada group-group di sosial media. Terutama group-group yang dibentuk oleh komunitas "kawan lama" alumni kawan sekelas masa SMA atau Perguruan Tinggi, atau komunitas "kawan lama" dari jenis kegiatan apapun.

Pertama, saya merasa ada yang aneh, pada hand phone istri saya, beberapa waktu terakhir ini karena terus menerus berbunyi nada deringnya. Nggak siang nggak malam, kadang kelewat malam masih ada bunyi thang thing thung.

Waoouw, ternyata dari sebuah group W A, alumni teman-teman istri saya waktu kuliah dulu. Aneh-aneh isi chat-nya. Mulai tentang cerita masa lalu, hingga banyolan -- banyolan ala Dagelan Mataram Yogyakarta Basiyo, sampai chat-chat yang menjurus pada rayu merayu karena dulu pada saling suka tetapi nggak "jadian".

Sekarang ketika mereka ketemu di usia yang sudah tua, mereka masih bergaya seperti ABG, dengan bahasa gombal ( mereka lupa usia, lupa mereka sudah bukan cowok-cewek lajang yang jomblo ) yang menjijikkan. Sampai, suatu ketika saya mendapatkan usaha nge-gombal seorang laki-laki men-japri istri saya dengan bahasa yang seronok. " Malem nda...wuihh montok juga dikau," begitu bunyinya.

Saya merasa ada yang nggak beres, dengan kalimat itu. Maka langsung saja, naluri "intelejen" ku beraksi. Tanggapan demi tanggapan saya lontarkan seolah-olah istriku yang menulis. Saya hanya ingin tahu, seperti apa tabiat teman-teman lama istri saya yang kini rata-rata telah menjadi guru senior di berbagai sekolah, dan sejumlah pejabat departemen pendidikan.

Masya Allah, para guru senior yang terhormat itu ternyata, tidak ubahnya, begajul jalanan, yang  mengerikan. Bahasanya seronok lugas, rayuannya seperti "preman jalanan" yang tidak malu menyebut alat kelamin, model-model sex, sampai bagaimana mengatur strategi selingkuh agar tetap nyaman bagi keluarganya dan keluarga istri saya.

Agar tidak semakin nglantur, saya tunjukkan jati diri saya, sebagai suami istri saya yang terhormat, dan apa jawaban lelaki teman lama istri saya itu. " Mohon maaf, ini sekedar silaturahmi, betul tidak ada maksud apa-apa," katanya. Lha wong jelas jelas mengumbar kalimat merajuk minta selingkuh, eh, masih bisa ngeles : silaturahmi.

Waduhhh, guru model apa ini. Guru di zaman gadget emang begini ya. Kadang saya berpikir, layakkah saya mempercayai para pendidik / guru-guru yang mulia, karena saya temukan kasus semacam ini. Pantas dunia pendidikan makin rusak, karena sejatinya attitud para guru yang model beginian.

Saya minta istri saya keluar dari group, agar tidak menimbulkan fitnh, dan membuat situasi keluarga tidak nyaman.

Ada lagi yang sering mencoba menerobos etika. Japri kelewat tengah malam. Kalau japri sesama perempuan ( teman lama ) tentu masih bisa maklum, meski itu juga tidak etis. Nah, jika seorang lelaki men-japri istri orang di tengah malam, kelewat malam, dengan konten japri yang gak penting, yang hanya sekedar gojekan, atau sedikit nyerempet "bahaya" tentu ini sebuah pertanda buruk bagi interaksi sosial gadget dengan segala argumentasinya.

Pada kasus ini saya protes keras, kepada pengelola akun group alumni para sarjana pendidikan itu. Saya melihat etika sudah dilanggar, adab tidak dijunjung tinggi, dan tidak ada lagi penghormatan kepada orang lain. Karena istri saya tentu bagian dari malam-malam indah saya yang tidak boleh diserobot oleh siapapun. Bayangkan, bagaimana saya bisa nyaman di ranjang, kalau banyak masuk japri dari para anggota group W A alumni guru yang kebanyakan laki-laki di jam jam kelewat tengah malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun