Bagi yang biasa ke kota Solo melalui stasiun Purwosari bisa jadi akan tahu warung sederhana tapi penuh sensasi ini. Warung ini terletak di sebelah utara jalan Slamet Riyadi Solo. Warung ini tidak jauh dari pintu keluar stasiun Purwosari. Persisnya kurang lebih 100 meter sebelah timur pintu keluar stasiun Purwosari.Â
Tapi jangan mencari pada siang hari, karena warung ini hanya buka pada malam hari. Bagi para penumpang kereta api yang turun di Stasiun Purwosari, warung ini bisa menjadi alternatif melepas lelah setalah seharian naik kereta Api. Capaik, lelah, penat seakan hilang tanpa bekas setelah menikmati gurihnya nasi liwet mbak Yanti. Segelas teh panas akan semakin melengkapi sensasi saat kita berada diwarung ini. Daun pisang sebagai tempat untuk menyajikan nasi liwet semakin menambah sensasi.
Meski begitu jangan salah, banyak pengunjung warung yang  bukan penumpang kereta api. Harga nasi liwet di warung mbak Yanti juga relatif tidak mahal. Seporsi nasi liwet lengkap dengan lauknya beserta dengan segelas teh pas hanya dipatok Rp. 20.000. Harga yang relatif terjangkau bagi kebanyakan masyrakat. Tak ayal warung ini bisa menjadi teman setia untuk menghabiskan waktu kita.
Awalnya nasi liwet ini berasal dari daerah Baki Sukoharjo (Wikipedia). Nasi liwet awalnya dijual dengan cara digendong oleh para ibu-ibu. Dalam perkembangannya sekarang sudah banyak warung yang membuka dan menyediakan nasi liwet. Nasi liwet biasanya dijadikan sebagai sarapan pada pagi hari atau menu makan malam hari. Nasi liwet sekarang juga menjadi andalan wisata kuliner kota solo. Seakan kurang lengkap berkunjung ke kota Solo kalau belum lidah ini belum merasakan gurihnya nasi liwet.
Sejarah Nasi Liwet
Bisa jadi sudah banyak orang yang menikmati nasi liwet. Banyak orang yang selalu rindu ingin merasakan lezatnya nasi liwet. Tapi bisa jadi masih sedikit orang yang mengetahui sejarah nasi liwet. Kata liwet sendiri sebenarnya mempunyai arti tanak atau menanak. Nasi liwet dimasak dengan mengguanakan tembaga.Â
Penggunaan tembaga ini dimaksudkan agar nasi bisa cepat matang dan empuk, mengingat nasi liwet hanya dimasak sekali, tampa dikukus lebih dulu. Di serat Centhini tertulis, pada tahun 1814--1823, nasi liwet dihadirkan di Pulau Jawa ketika diguncang gempa bumi. Nasi khas Solo ini juga dihadirkan dengan doa yang dilantunkan untuk keselamatan. Selain itu, nasi liwet juga sudah hadir ke dalam lingkup kerajaan.Â
Konon, Paku Buwono IX (1861--1893) memborong nasi liwet untuk menjamu para penabuh gamelan keraton. Hal ini dilakukan supaya para isteri dari para pengrawit tidak kerepotan harus menyiapkan makanan ketika mereka pulang ke rumah (https://blog.kulina.id/nasi-liwet-sejarah-hingga-kandungan-gizi-tiap-suapnya-596bad2c23a)