Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Satu Istri, Empat Rasa

7 Agustus 2016   08:37 Diperbarui: 17 Desember 2018   10:09 8860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: flickr (moqceknd24)

Seorang teman bertanya kepada saya dengan nada bergurau, “Pilih mana, punya satu istri dengan empat rasa, atau empat istri dengan satu rasa?” Saya hanya tersenyum saja tanpa menjawab.

Gurauan seperti ini sangat sering dijumpai di lingkaran kaum lelaki, yang tengah berbincang bebas untuk melepas kepenatan dari padatnya kesibukan sehari-hari. Teman-teman lain yang mendengar pertanyaan itu segera menanggapi dengan sangat ramai, disertai gelak tawa yang hangat. Begitulah salah satu “hiburan” pada beberapa kalangan laki-laki.

Tentang “RasaIstri

Ini sesungguhnya tentang cara menerima dan menikmati istri. Setelah menikah, seorang lelaki terikat dalam sebuah akad yang sakral untuk menjadi suami yang wajib melindungi, mencintai, menafkahi, menjaga dan mengarahkan istri. 

Pada masa awal hidup berumah tangga, cinta itu terasa sangat nyata, sangat kuat. Ada hentakan perasaan yang mengikat dengan sangat erat di antara dua insan yang tengah dimabuk asmara. Luar biasa indahnya hidup sebagai pengantin baru, semua terasa bagai madu.

Namun segala yang baru pasti akan menjadi lama, segala yang muda pasti akan menjadi tua. Maka di saat usia pernikahan semakin lama, usia biologis semakin tua, maka berbagai kekuatan perasaan antara suami dan istri bisa mengalami fluktuasi. Kadang menguat, kadang melemah, bahkan bisa menghilang, dan bisa pula kembali lagi bahkan kembali menguat lagi. 

Perasaan kepada pasangan itu sangat dinamis, banyak faktor yang memengaruhinya. Dalam hitungan hari bahkan jam, seorang suami bisa mengalami banyak perasaan kepada sang istri.

Hidup bersama dalam waktu yang lama dengan orang yang sama bisa menimbulkan kejenuhan dan kebosanan. Suami dan istri memerlukan penyegaran agar kehidupan cinta mereka tidak mengalami kegersangan, kelayuan bahkan kematian. Para suami hendaknya pandai menikmati kehidupan berumah tangga bersama sang istri. Walaupun sering mendengar cerita-cerita 'seru' dan 'saru' dari teman-teman kerja, teman organisasi, teman pergaulan, namun hendaknya tidak terpengaruh untuk mengikuti hal-hal negatif, atau nasihat-nasihat yang menyesatkan.

Contoh hal negatif yang kadang didapatkan dari cerita teman-teman pergaulan adalah tentang variasi. Banyak lelaki mencari variasi dengan mencari pacar, atau berselingkuh, atau jajan, atau memiliki wanita simpanan di banyak tempat. 

Ada yang benar-benar dipacari dengan serius, ada yang diselingkuhi dengan intens, ada yang sekedar iseng, ada pula yang berdasarkan order atau bayaran. Mereka menyebut tindakan ini sebagai usaha menghilangkan kejenuhan atau kebosanan dalam hidup berumah tangga.

Memberikan Tambahan 'Rasa'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun