Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Beberapa Kesalahan Umum Orangtua dalam Mendidik Anak (5)

4 Mei 2023   20:22 Diperbarui: 4 Mei 2023   20:24 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
psychologytoday.com

Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi menulis makalah berjudul 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina. Isinya tentang duapuluh poin kesalahan yang umum dilakukan orangtua dalam mendidik anak-anak mereka.

Dalam tulisan kali ini, saya akan menyampaikan beberapa poin saja. Biar secara psikologis kita tidak terlalu terbebani dengan banyaknya kesalahan kita selama ini. Khawatirnya justru menjadi melemahkan semangat berbenah diri.

Kesalahan Kelima: Al-Mubalaghah fi At-Tadakhul

Menurut Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi, kesalahan yang banyak dilakukan orangtua tanpa mereka sadari adalah al-mubalaghah fi at-tadakhul atau berlebihan dalam mengintervensi setiap urusan anak. Masih banyak orang tua yang mencampuri atau mengintervensi setiap urusan anak, sehingga anak merasa tidak nyaman.

Dalam dunia parenting, tindakan intervensi berlebihan seperti ini disebut sebagai "helicopter parenting". Istilah helicopter parenting pertama kali hadir pada 1969 dalam buku karya Haim G. Ginott berjudul "Between Parent & Teenager". Pada buku tersebut, remaja mengibaratkan ibunya memantau seperti helikopter.

Helicopter parenting adalah pola asuh orangtua yang sangat mengontrol dan mengintervensi terlalu dalam terhadap kehidupan anak. Saking terlalu jauh ikut campur, orangtua seolah seperti helikopter yang terus berputar di atas untuk memantau setiap gerak gerik anaknya.

"Orangtua terlalu fokus pada anak-anak mereka," kata Carolyn Daitch, Ph.D., direktur Center for the Treatment of Anxiety Disorders. "Orangtua merasa terlalu bertanggung jawab atas kondisi anak-anak mereka dan, khususnya terkait dengan keberhasilan atau kegagalan mereka," lanjut Daitch.

"It means being involved in a child's life in a way that is overcontrolling, overprotecting, and over perfecting, in a way that is in excess of responsible parenting" --Ann Dunnewold, Ph.D.

Ann Dunnewold, Ph.D., seorang psikolog, berpendapat bahwa parenting helikopter adalah pola pengasuhan yang berlebihan. "Itu berarti orangtua terlibat dalam kehidupan anak dengan terlalu mengontrol, terlalu melindungi, dan terlalu menyempurnakan, dengan cara yang melebihi tanggung jawab pengasuhan," ungkapnya.

Sebenarnya orangtua memiliki niat dan tujuan yang baik, yakni ingin memberikan yang terbaik untuk anak dan tidak ingin anak mengalami kegagalan. Orangtua sering tidak saadar bahwa kegagalan adalah pengalaman yang akana mendewasakan anak.

Beberapa contoh dari pola asuh helikopter yang dilakukan orangtua tanpa sadar adalah sebagai berikut.

  • Menentukan sekolah dan jurusan pendidikan anak, walau ia tidak menyukainya dan tidak berminat
  • Saat prestasi anak jelek, orangtua menghubungi guru untuk protes. Orangtua menuduh guru tidak becus mengajar anak.
  • Orangtua ikut campur terlalu teknis ketika ada permasalahan anak dengan teman atau lingkungan pergaulan.
  • Menentukan warna dan corak pakaian, penampilan, permainan, pergaulan, tanpa dialog dan tanpa mempedulikan aspirasi dan keinginan anak.
  • Menentukan pekerjaan, calon pasangan hidup, dan tempat tinggal anak, tanpa dialog dan tanpa mempedulikan aspirasi dan keinginan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun