Bagi sebagian orang, hubungan mertua dan menantu begitu rumit. Terlepas dari siapa yang menyebabkan kerumitan, serta persoalan apa yang melatarbelakangi kerumitan itu, namun realitas kerumitan hubungan menantu dan mertua jelas nyata dalam kehidupan masyarakat kita.
Ada banyak perspektif untuk memehami sisi kerumitan hubungannya. Misalnya tercermin dalam ungkapan Wanda Sykes, "Saya mengerti hubungan itu. Saya mengerti bagaimana hubungan ibu mertua, menantu perempuan memiliki begitu banyak konflik karena begitu dipaksakan".
Terkadang ibu mertua melihat menantu perempuannya penuh dengan kekurangan. Semua yang dilakukan menantu dalam mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, tampak selalu salah di mata ibu mertua. Seakan seperti kelompok oposisi yang selalu menyerang pemerintahan resmi, hubungan dengan menantu tidak pernah mencapai harmoni.
R.K. Narayan mengungkapkan, jika seseorang bertanya, "Bagaimana seharusnya sikap oposisi?" Ia melanjutkan, "Jawaban terbaiknya adalah seperti komentar ibu mertua ketika menyaksikan pekerjaan rumah tangga dilakukan menantu perempuannya". Tampak sebuah penggambaran yang menunjukkan konflik rutin tak berkesudahan antara mertua dan menantu.
Hubungan HarmonisÂ
Tentu saja masih banyak mertua yang demikian bahagia dengan para menantunya. Mereka bersyukur dan menikmati hubungan yang menyenangkan dengan menantu. Kehadiran menantu dipandang sebagai anugerah yang meningkatkan kebahagiaan dalam kehidupan mertua.
Mitt Romney menceritakan dengan bangga, "Saya seorang lelaki berkeluarga. Hal terpenting dalam hidup saya adalah hubungan baik dengan istri, anak, menantu, dan 18 cucu. Bagi saya, ini semua adalah tentang mereka". Ini adalah ungkapan yang menunjukkan kesyukuran.
Ungkapan Susan Smith tentang menantunya juga penuh dengan kebahagiaan. "Kamu sangat luar biasa dan telah mengisi hidup kami dengan keceriaan. Hari ini adalah perayaan untuk menantu perempuanku yang sangat tersayang. Selamat ulang tahun". Menantu perempuan tampak sangat berarti dalam kehidupannya.
Helen A. Rosburg menikmati maa pensiun dengan bahagia, karena memiliki menantu yang memberikan keceriaan. Ini adalah 'sesuatu' bagi mertua, bahwa dirinya diizinkan dan diterima di rumah menantu untuk berlibur.
"Salah satu hal terbaik tentang pensiun dengan bahagia adalah kebebasan untuk bepergian saat saya mau", ujar Helen A. Rosburg. "Ketika anak dan menantu perempuan meminta saya untuk tinggal di rumah mereka selama seminggu untuk duduk-duduk di rumah sementara mereka pergi berlibur, saya memiliki kebebasan untuk melakukannya".