Kita masih meneruskan pembahasan dinamika hubungan mertua -- menantu ya. Kali ini muncul sebuah pertanyaan menggelitik, bolehkah orangtua mengintervensi rumah tangga anaknya? Bolehkan orangtua menyuruh anak untuk menceraikan istrinya?
Jika orangtua menyuruh anak lelaki untuk menceraikan istri, apakah perintah itu wajib diikuti demi bakti kepada orangtua? Demikian pula, jika orangtua menyuruh anak perempuan untuk menggugat cerai suami, apakah perintah itu wajib diikuti demi bakti kepada orangtua?
Jawabannya tidak tunggal. Ada banyak faktor yang harus ditimbang dan diperhitungkan dengan cermat. Intervensi orangtua terhadap keluarga anak sampai tingkat meminta anak mencerikan istri, atau menggugat cerai suami, bisa menjadi hal yang wajar, namun bisa menjadi hal yang berlebihan.
Kita harus cermat melihat konteks. Bukan hanya teks.
Wahai Ismail, Ganti Palang Pintumu!
Kita semua sudah hafal kisah keluarga Nabi Ibrahim. Terdapat riwayat sangat menarik dalam Sahih Bukhari nomer 3364. Kisah tentang Nabi Ibrahim yang selalu memantau kondisi keluarga Ismail. Meski dirinya sering bepergian jauh untuk memenuhi perintah Allah, namun tidak pernah melupakan anaknya.
Berikut saya nukilkan riwayat tersebut, dengan penyesuaian pembahasaan. Tidak utuh sebagaimana asli dalam hadits, hanya saya kutip sebagian. Mari kita simak bersama.
******
Ketika Nabi Ismail a.s. telah dewasa, ia menikah dengan seorang wanita yang tinggal di sekitar sumur Zamzam. Tidak lama setelah Ismail menikah, Hajar, ibu Ismail, meninggal dunia.
Pada suatu hari Nabi Ibrahim datang ke rumah Ismail untuk mengetahui kabar kondisinya. Namun ia tidak bertemu Ismail. Ibrahim ditemui oleh istri Ismail.