Mohon tunggu...
Padlun Fauzi
Padlun Fauzi Mohon Tunggu... -

@padlunfauzi | Orang Biasa, Kolerik sedikit Plegmatik | Part of Himse Unpad 2010 | Menteri Advokasi & Keprofesian BEM Kema Unpad 2014 | Kordinator Bidikmisi Unpad | Traveller Pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ciremei 3078mdpl bersama Aprak Jaya Indonesia (AJI), Lets Get Happy

26 November 2014   20:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:46 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini akan sedikit sharing terkait kegiatan pendakian ke gunung tertinggi Jawa Barat. Setelah penat dengan aktivitas kegiatan organisasi di BEM Kema Unpad, akhirnya ada satu keinginan untuk bisa travelling mendaki gunung. Entahlah, kegiatan ini menjadi nagih sekali. Saya sudah berusaha menekan diri untuk tidak melakukannya dalam waktu sedekat ini. Tapi akhirnya luluh juga. Sampai akhirnya Gunung Ciremai menjadi tujuan pendakian kali ini.

Untuk kali kedua, bersama seorang kawan Rani Irawan Fahrudin ditambah Shinta Sharlindra dan pendaki dadakan Adi Rismwan Hendra. Saya sebutkan sebelumnya saya menahan diri. Sekalipun saya ingin mendaki lagi, saya sempat tertarik dengan ajakan ke Gunung Semeru (lagi) yang ditawarkan oleh kawan saya yang lain, lebih dulu. Eventually, I joined for Ciremai. And, Jumat 21 November 2014 sore rombongan 4 orang menuju gunung tertinggi di Jawa Barat itu.

Kampung Sayuran - Desa Apuy

Untuk para pendaki dari daerah Jatinangor dan sekitarnya, meeting point di Terminal Pangkalan Damri sudah menjadi hal yang lazim. Janjian kami untuk berkumpul selepas ashar harus rela mundur karena memang beberapa personeil yang harus persiapan tentu tidak mampu memenuhi waktu tersebut. Pukul 17.30 sore semua anggota rombongan kami berkumpul dan langsung menaiki elf arah Cikijing Majalengka.

Kami memutuskan untuk Naik elf karena memang ini adalah salah satu moda tranportasi yang melintasi Desa Maja tempat kami turun untuk menuju pos 1, biaya yang kami keluarkan untuk menuju Kecamatan Maja Rp. 35.000,- dari sebelumnya sekitar Rp. 25.000,- naik sekitar 30% dari sebelumnya dikarenakan dampak kenaikan BBM beberapa waktu lalu. Untuk mendaki Gunung Ciremai terdapat beberapa jalur, Apuy, Palutungan, dan Linggarjati.

I thought that I would not take a long time. Saya salah. Perjalanannya cukup lama walaupun Abang Sopir memacu angkotnya dengan kencang. Sialnya saya tidak bisa lekas tidur seperti halnya teman-teman saya yang lain. Sekalinya saya tertidur, saya terbangun karena elf ngerem mendadak. Saya tidak tahu karena apa. Saat itu sudah memasuki waktu isya.

Akhirnya kami berempat pun sampai di Terminal Maja. Congratulation! Setelah sampai, kami tak lekas naik ke Pos 1, kami mencari dulu tempat untuk makan malam, dapatlah sebuah tempat di pinggiran terminal maja yang menyediakan makanan dengan berbagai menu. Rata-rata makanan disekitar terminal maja relatif tidak mahal. Kisaran Rp. 10.000,- s/d Rp. 30.000,- tergantung menu yang akan kita santap. Setelah puas menyantap makan malam, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos 1. Disekitaran terminal Maja ada beberapa tranportasi yang bisa digunakan menuju Pos 1, ada Mobil Buntung pengangkut sayuran ataupun Ojeg. Untuk Mobil sayuran tariff ongkosnya berkisar antara Rp. 15.000,- s/d Rp. 30.000,- tergantung kita nego untuk harganya. waktu itu kami tidak begitu beruntung karena memang sedang masa kenaikan BBM sehingga kami tidak bisa memutuskan harga berapanya, alhasil kami kena tarif Rp. 25.000/orang sampai Pos 1, daripada naik Ojeg dengan harga yang harus kami bayar Rp. 65.000/orang. Oia, tolong pastikan tranportasi yang kita naiki mengantar sampai Pos 1, BUKAN sampai Desa Apuy, karena masih cukup jauh untuk sampai pos 1 jika kita berjalan kaki dari desa Apuy.Otherwise, you'll just do the same we did. Okay, one more clue, pakai google maps cari Desa Argamukti instead of Apuy and you're gonna be on the right track.

Dan tibalah kami di Pos 1  pukul 10:30 WIB setelah jalan kaki dari tempat kami diturunkan oleh mobil bunting, karena sedang ada pengerjaan gorong-gorong. ,,sudahlah.. Nanjak dulu aja deh..

Lantas, kami menuju basecamp untuk persiapan ulang. Beberapa berganti kostum (ganti kostum?haha di Basecamp Pos 1 sudah ada beberapa pendaki yang kami jumpai, ada sekitar 9 orang yang berniat mendaki esok pagi.

Pos I - Pos V

Pos I ini merupakan pintu masuk pendakian. Untuk mencapai tempat ini, dapat menggunakan pick up (mobil bunting) seperti yang kami lakukan atau juga dapat berjalan kaki. Jalur menuju pos ini melalui perkebunan-perkebunan sayur milik pendududuk. Di pos ini juga terdapat beberapa fasilitas seperti mushola, kamar mandi, dan semacam balai terbuka. Gerbang pintu masuk pendakian juga terdapat di pos satu ini. Jangan lupa untuk mengisi air di pos ini karena tidak akan ditemukan air bersih sepanjang pendakian selain di Gua Walet yang terletak di dekat puncak. Sebelum berangkat, kita melakukan registrasi pendakian dan mengisi formulir dengan membayar Rp. 20.000,-/orang untuk tiket masuk dan wisata. Yang unik kami namai tim kami dengan nama “Aprak” (red: Berpetualang).

Setengah jam dari Pos I terdapat semacam pos yang memiliki balai  terbuka lagi (Pos 2). Balai ini yang membatasi jalur pendakian dengan vegetasi pepohonan dan vegetasi rumput ilalang. Jadi, antara Pos I dan balai ini jalur pendakian relatif landai dengan vegetasi ilalang. Selanjutnya, pendakian mulai lebih curam dengan vegetasi pepohonan. Jika ingin beristirahat terlebih dahulu, bisa dilakukan di balai ini.

Total waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Pos II sekitar satu jam dari Pos I. Itu juga karena kami melakukan istirahat di balai sebelumnya. Disini kami bertemu dengan para pendaki yang sebelumnya kami sebutkan tadi. Ada sekitar 9 orang dari 3 rombongan, 4 rombongan orang-orang yang sudah bekerja, 3 orang anak SMA kelas XII dan yang lebih mengejutkan ada 2 orang anak SMA kelas X, WOW mendaki hanya berdua, kami pun berkenalan satu sama lain, walaupun hanya beberapa yang kami kenal.

Lewat tengah hari kami sudah mencapai Pos III. Di pos ini kami beristirahat terlebih dahulu untuk meluruskan urat dan makan siang terlebih dahulu.  Kemudian, pukul satu kurang kami meninggalkan Pos III.

Durasi yang ditempuh untuk mencapai Pos IV dan Pos V masing-masing sekitar satu jam. Jadi, sebelum pukul empat kami sudah sampai di Pos V. Di Pos V ini kami berencana untuk mendirikan tenda. Tempat ini lazim untuk mendirikan tenda. Namun, anginnya cukup kencang. Alternatif lain untuk mendirikan tenda adalah di Gua Walet yang harus ditempuh dalam waktu dua jam. dari obrolan kami sepanjang perjalanan dengan Tim 2 orang anak SMA kelas X (diva dan aji) kami namai tim kami dengan “Aprak Jaya Indonesia (AJI)”. Haghaghaghag :-D

Summit Attack

Pukul tiga pagi kami semua bangun dan bergegas melakukan persiapan pendakian. Usai persiapan, dua backpack kecil kami jejali bekal makanan untuk sarapan kami di atas sana. Tak lupa air minum turut masuk dalam tas. Setelah semua siap, kami langsung menuju puncak karena hari semakin terang.

Berangkat pukul setengah empat pagi konsekuensinya jalanan gelap sekali. Jarak dari Pos V ke puncak yang jauh ternyata masih memakan waktu yang cukup lama, hampir dua jam. Momen matahari terbit kami nikmati di sekitar Goa Walet, sesudah pertemuan jalur Apuy dan Palutungan. Ohiya, sebenarnya, kami memerlukan waktu yang cukup lama karena bisa jadi karena menikmati matahari terbit dan kumpulan awan di belakang kami. Terdengar seperti pembenaran? Okay, alasan lainnya yaitu track bebatuannya lumayan juga sodara-sodara. Intinya, waktunya tidak sebentar untuk mencapai puncak.

Sesampainya di puncak, yang lain langsung mencari spot untuk menikmati keindahan pemandangan dari Puncak Ciremai. Saya? Menyiapkan baju Toga Wisuda dan tulisan untuk kami abadikan di puncak sana. Eventually, angin yang sangat kencang dan udara yang sangat dingin membuat kegiatan foto-foto tidak optimal. Akhirnya mengabadikan moment dengan jepretan kamre dengan menunggu kabut tebal sirna.

Tibalah di bagian saya menceritakan keindahan dari Puncak Ciremai. Beruntung sekali, langit pagi itu biru sekali walaupun sesekali ada kabut yang menyelimuti. Jadi, dari puncak tertinggi di Jawa Barat itu, langit dan bumi biru hanya dipisahkan garis tipis horizon. Pemandangan ini saya nikmati saat saya berada di monumen sisi kiri. Dari sisi ini juga bunga-bunga edelweis menghiasi bibir tebing, tumbuh dengan cantik. Sedangkan kawah gunung, menganga lebar dikelilingi tebing yang curam, megah, masih tetap di sisi yang sama.

Lanjut ke sisi seberangnya,unlike previous place, tempatnya jauh lebih lapang. Di sini, merah-putih bertiang bambu berkibar oleh angin kencang. Background-nya hamparan awan putih. Jika memperhatikan jalur yang digunakan untuk mencapai tempat ini, adalah jalur berbatu dimana batuannya terlihat berlapis-lapis. Pokoknya seperti lapisan batuan yang diGrand Canyon itulah. Ya tapi jangan mengharap terhampar luas seperti yang disana.Not that wide, but it's quite impressive!

Pulang

Turun gunung itu wajar kalau lebih cepat dari naiknya, ya iyalah ya. Tapi untuk pengalaman saya pribadi untuk gunung ini memang terasa cepat. Walaupun memang terpisah (tapi setidaknya tetap berpasangan), ritmenya termasuk cepat, dan jarak antar kami tidak terlalu jauh. Pick up di Pos 1 yang mengantar kami. Nah satu hal yang memorable lagi adalah, sopir elf yang mengantar kami dari Terminal Maja- Jatinangor, bak jagoan Fast and Furious. Lebih ahli mungkin. Yang penting kami selamat sampai Jatinangor. Dan selamat pula sampai rumah sekitar pukul 9 malam.

Salam Aprak jaya Indonesia (AJI), Lets Get Happy J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun