Bulan ramadhan dan lebaran idul fitri tak cuma berkait ibadah bagi umat Islam. Ada gerak ekonomi yang lebih cepat sepanjang pelaksanaan musim dengan rentang waktu lebih dari sebulan itu. Peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas serta permintaan masyarakat, kondisi yang suka tidak suka cenderung membuat harga-harga mengalami peningkatan.
Dari sisi pemerintah, situasi itu berarti dua hal, pertama bahwa ekonomi masyarakat memang bergerak, uang beredar menjadi lebih banyak dan aktifitas ekonomi berjalan secara lebih baik. Namun hal demikian juga dibayangi oleh situasi yang tak sepenuhnya diinginkan sebagai dampak dari aktifitas tersebut, yakni kenaikan inflasi. Karena trend turutan itu yang terjadi pada setiap perayaan tahunan ini .
Sudah jadi catatan sejarah bahwa saat Ramadan dan Idulfitri inflasi akan melonjak akibat naiknya permintaan utamanya pangan dan transportasi. Inflasi Administered Prices (AP) tercatat 0,69% (mtm) atau 10,32% (yoy). Tarif angkutan udara dan tarif angkutan antar kota menjadi komoditas AP yang dominan menyumbang inflasi April dengan andil masing-masing 0,06% dan 0,03%. Peningkatan masyarakat yang menggunakan moda transportasi udara mencapai 26,93% dibanding lebaran tahun 2022.
Hal itu sendiri sudah sangat dipahami pemerintah dan antisipasi agar harga-harga tak mengalami kenaikan sebagai sebab awal inflasi sudah dilakukan sejak jauh hari. Hasilnya ?, ditengah gerak dinamis itu, untuk inflasi April 2023 ini tetap terjaga stabil.
Dilihat dari hitungan bulanan, Inflasi pada April ini tercatat 0,33% yang itu lebih rendah dari situasi sama pada tahun lalu yang tercatat sebesar 0,95% (mtm) pada April 2022 dan 0,40% (mtm) pada Mei 2022. Sementara secara tahunan, inflasi pada April 2023 sebesar 4,33% (yoy) dan dalam tren menurun sejak Januari 2023. "Keberhasilan inflasi Ramadan dan Idulfitri 2023 yang terjaga stabil ini adalah hasil kerja sinergis TPIP dan TPID. Selain juga didukung cuaca yang relatif kondusif sehingga pasokan pangan terutama produk hortikultura terjaga dan ditopang panen yang berlangsung Maret- April," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sinergitas dalam menjaga harga yang terkendali dan menjaga daya beli masyarakat itu dalam bentuk praktisnya diwujudkan antara lain dengan Gelar Pangan Murah (GPM) penyaluran, Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta penyaluran bantuan pangan (beras, daging ayam dan telur ayam). Selain itu, Pemerintah daerah juga aktif melaksanakan pasar murah untuk membantu masyarakat memperoleh bahan pangan pokok dengan harga terjangkau.
"Kondisi cuaca yang relatif kondusif mendukung capaian inflasi April. Namun, ke depan kita perlu mewaspadai terjadinya El Nino. Pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPIP dan TPID akan terus memperkuat sinergi kebijakan untuk menjaga capaian inflasi tahun 2023 dapat kembali dalam rentang sasaran," ujar Menko Airlangga.