Mohon tunggu...
Abd. Salam. Munir
Abd. Salam. Munir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Program Magister Rekayasa Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemampuan Orang Bugis Menyembunyikan Maksud

11 April 2010   15:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puisi Bugis yang terdiri atas beragam jenis, merupakan salah satu kekayaan sastra lokal yang unik, meski kini kian tak dikenali. Salah satunya adalah elong maliung bettuanna, atau sajak-sajak yang menyimpan makna tersembunyi. Citizen reporter M Aan Mansyur melakukan riset atas sejumlah jenis puisi ini, dan mengajak kita menelusuri makna-makna tersembunyi di balik sejumlah elong. (p!)

Selain La Galigo, epos-mitos Bugis yang bisa jadi adalah karya sastra terpanjang di dunia, mungkin tak banyak lagi karya sastra Bugis yang kita ketahui. Padahal, menurut Roger Tol dalam sebuah artikelnya, selain jumlahnya yang diperkirakan sampai 2.500.000 karya, kualitas karya sastra Bugis sangat menarik untuk terus diperbincangkan.

Salah satu jenis karya sastra Bugis adalah elong. Meskipun secara harfiah elong berarti ‘lagu’, tetapi dalam pembahasan sastra elong dimaksudkan sebagai satu jenis puisi.

Menurut Salim (1990:3-5) sedikitnya ada 14 jenis elong, yang bisa dibedakan menurut isi (keluarga, agama, nasehat dan hiburan), peristiwa (lulabi, perang, pernikahan, melamar, dll) dan kepelikan atau keanehannya (bentuk dan permainan bahasa). Contoh-contoh elong bisa ditemukan dalam beberapa buku yang ditulis oleh Muhammad Salim, Muhammad Sikki, Rahman Daeng Palallo, dan paling komprehensif ditulis oleh B.F Matthes.

Ada sebuah jenis elong yang belum banyak dibahas namun justru sangat menarik yaitu elong maliung bettuanna. Maliung sebenarnya berarti ‘dalam’ dan bettuanna berarti ‘artinya’ atau ‘maknanya’. Frase maliung bettuanna dalam jenis puisi ini berarti ‘susah ditemukan maknanya’. Dengan kata lain, puisi dengan makna tersembunyi (Palallo, 1968, 11:7).

Bukankah semua puisi memang menyembunyikan maknanya? Betul. Tetapi, ternyata ada yang berbeda dalam jenis puisi Bugis ini. Selain menggunakan simbol atau majas tertentu, jenis puisi ini menggunakan satu (permainan) bahasa yang disebut Basa to Bakke’ (yang tidak akan ditemukan dalam jenis puisi lain) untuk menyembunyikan makna. Secara harfiah Basa to Bakke’ berarti bahasa orang-orang Bakke’. Tetapi dalam pengertian puisi ini frase itu berarti permainan bahasa orang-orang Bakke’. Bakke’ di sini merujuk kepada Datu Bakke’ atau Pangeran (dari) Bakke’. Daerah Bakke terletak di Soppeng. Sang pangeran konon dikenal sebagai tokoh yang intelek dan sangat pandai berbahasa. Selain dalam elong maliung bettuanna, Basa to Bakke juga ditemukan dalam puisi sejarah abad ke-20 Tolo’na Arung Labuaja (Tol, 1992, 148:85).


Tiga Langkah Menyingkap Makna
Vopel (1967:3) mengatakan bahwa kemungkinan puisilah bahasa paling rumit di dunia ini. Disebut paling rumit karena puisi menghendaki kepadatan (compactness) dalam pengungkapan. Kepadatan ini tidak hanya tercermin lewat kata-kata yang memiliki bobot makna yang berdaya jangkau lebih luas ketimbang bahasa sehari-hari. Kepadatan juga berperan sebagai pembangun dimensi lapis kedua seperti membangun kesan atau efek imagery, tatanan ritmis di tiap baris, membentuk nada suara sebagai cermin sikap penulis semisal sinis, ironis, atau hiperbolis terhadap pokok persoalan yang diangkat. Dan yang lebih penting juga adalah membangun dimensi lain yang hadir tanpa terlihat karena berada di balik makna literal dan atau di balik bentuk yang dipilih.

Tuntutan-tuntutan seperti itu relatif longgar pada genre sastra lainnya, semisal prosa (cerita pendek, novel) dan drama.
Perhatikan stanza berikut ini:

Kegaena na mumaberrekkeng,
buaja bulu’ede,
lompu’ walennae?

[Mana lebih kau suka,
buaya gunung,
atau lumpur sungai?]

Sepintas lalu bentuk puisi ini mirip haiku, puisi tradisional Jepang. Namun ternyata ada beberapa hal yang membedakannya. Puisi (teka-teki) ini sesungguhnya ingin menyampaikan sebuah makna, yakni: ‘yang mana lebih kau suka, perempuan cerdas atau perempuan cantik?’ Bagaimana bisa sampai begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun