Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapresiasi Mas Nadiem yang Menyelipkan "Semboyan Siliwangi" dalam Pidato Hardiknas 2021

2 Mei 2021   14:30 Diperbarui: 3 Mei 2021   16:46 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Nadiem saat berpidato pada upacara Peringatan Hardiknas 2021. Foto: YouTube Kemendikbud RI

Sedangkan silih asuh ialah saling menjaga, peduli, memperkuat demi menanamkan nilai-nilai kemandirian.

Jika kita ambil permisalan bahwa objek dari Semboyan Siliwangi adalah anak, maka kegiatan silih asih, silih asah, dan silih asuh utamanya menjadi tanggung jawab orang tua.

Orang tua bertanggung jawab menghadirkan kasih sayang sebagai pihak yang lebih tua, berusaha untuk senantiasa sabar dalam mengasah pendidikan anak dengan berbagai aktivitasnya, serta tetap mengasuh anak supaya mampu berdiri sendiri alias mandiri menghadapi getirnya kehidupan.

Syahdan, bagaimana bila Semboyan Siliwangi kita sandarkan kepada Hardiknas dan Pendidikan di Bumi Pertiwi. Saya rasa, momentumnya benar-benar pas dengan keadaan pendidikan kita hari ini.

Pentingnya Saling Asih, Saling Asah, dan Saling Asuh dalam Mewujudkan Merdeka Belajar di Era Pandemi

Ilustrasi Merdeka Belajar. Gambar via KOMPAS
Ilustrasi Merdeka Belajar. Gambar via KOMPAS

Hadirnya pandemi secara terang telah membuat eksistensi pendidikan kita pasang surut. Meskipun dalam beberapa bulan ini kegiatan vaksinasi telah digiatkan dan sebagian sekolah telah menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas, tetap saja pelaksanaannya jauh dari kata normal.

Harapan pendidikan yang dulunya teracik manis dalam seperangkat kurikulum, sekarang harus rela dipangkas serta dipilah-pilih mana-mana saja kompetensi utama belajar yang mengedepankan esensi.

Hanya saja, belajar ala esensi yang dimaksud masih terkesan mahal dan malah dikatakan tidak ramah dengan siswa miskin oleh KPAI.

Diterangkan oleh Retno Listyarti, sejatinya kita belum bisa menggelar PTM karena negeri ini juga masih kelabakan mengentaskan pandemi. Sedangkan implementasi PJJ sendiri malah terlampau bertumpu dengan internet. Belum lagi dengan temuan kasus anak putus sekolah.

"Pada Januari-Maret 2021 ada 33 kasus anak putus sekolah karena menikah, 2 kasus karena bekerja, 12 kasus karena menunggak SPP, dan 2 kasus karena kecanduan gadget sehingga harus menjalani perawatan dalam jangka panjang", ucap Retno pada 1/5/2021.

Bersandar pada fenomena yang meresahkan di atas, sejatinya semua pihak perlu meninggikan sikap silih asih. Baik pihak kementerian, pemda, guru, hingga orang tua diharapkan bisa mengedepankan sikap saling mengasihi sesama pendidik dan peserta didik.

Sayangnya, pemberitaan seperti siswa yang rela menggendong ibunya naik-turun gunung demi belajar online, memanjat pohon demi merengkuh sinyal, hingga mengerjakan tugas di atas bukit seakan menjadi tamparan telak bahwa masih ada pihak yang kurang asih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun