Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Harus Ada "Ragam Kurikulum" di Tengah Pandemi?

9 Agustus 2020   11:37 Diperbarui: 9 Agustus 2020   23:13 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Nadiem saat menyampaikan Protokol Kesehatan Ketat untuk Sekolah Tatap Muka di Zona Hijau dan Kuning. Screenshot laman Youtube Kemendikbud RI

Ya, di dalam Kurikulum Khusus ini satuan pendidikan alias sekolah disilakan untuk memilih satu di antara tiga jenis kurikulum yang ada. Berikut ini saya sajikan opsinya:

  • Tetap mengacu pada Kurikulum Nasional
  • Menggunakan kurikulum darurat, Sekarang disebut Kurikulum dalam Kondisi Khusus
  • Melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.

Artinya, jika nanti Kurikulum dalam Kondisi Khusus ini diberlakukan, akan ada beragam kurikulum yang negeri ini jalankan. Karena sekolah boleh memilih, maka bisa saja sekolah yang satu dengan yang lainnya berbeda kurikulum, walaupun keduanya berada dalam satu daerah.

Cukup membingungkan, bukan? Kiranya begitu. Di dalam Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 sudah tertuang tiga jenis kurikulum, sedangkan kenyataan di lapangan, ada empat kurikulum. Lha, kok empat?

Pertama, kurikulum nasional adalah Kurikulum 2013. Kedua, ada Kurikulum dalam Kondisi Khusus. Ketiga, ada Kurikulum "suka-suka" sekolah. dan Keempat, masih ada Kurikulum KTSP.

Ya, di sekolah-sekolah tertentu (termasuk di SD tempat teman saya mengajar), masih ada yang menjalankan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, peninggalan dari Mendikbud Bambang Sudibyo pada zaman Kabinet Indonesia Bersatu.

Ada 2 kurikulum dalam 1 sekolah. Bisa dibayangkan betapa repot guru dan kepala sekolahnya. Tapi, ya mau bagaimana lagi. Mengganti kurikulum juga butuh proses, terutama proses administratif dan kesanggupan sekolah.


Mengapa Harus Ada "Ragam Kurikulum" di Tengah Pandemi?

Gambar diolah dari sumber: Gerd Altmann dari Pixabay
Gambar diolah dari sumber: Gerd Altmann dari Pixabay

Sekilas, inilah yang kita takutkan. Kurikulum yang banyak ragamnya hanya akan membingungkan banyak umat. Apalagi bila sekolah yang satu dengan sekolah lainnya mulai suka membanding-bandingkan. "Wah, kurikulum A lebih oke, sedangkan kurikulum B banyak kurangnya!"

Makin repotlah sekolah dan guru-gurunya. Makin tercipta pula kesenjangan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Hal ini adalah dampak negatif yang mungkin tercipta.

Bahkan, KPAI pun ikut menyuarakan sanggahannya. Melalui Komisioner Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, KPAI mempertanyakan keputusan Mas Nadiem yang memberikan tiga opsi kurikulum kepada sekolah-sekolah untuk proses belajar mengajar di masa Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun