Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ucap Mas Nadiem kepada Jokowi Waktu Itu, "Saya Tipe yang Mendobrak, Pak!"

29 Februari 2020   14:32 Diperbarui: 29 Februari 2020   14:33 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo dalam video yang direkam oleh Mas Nadiem Makarim (kiri). tribunnews.com

Mengapa Mas Nadiem bisa jadi Mendikbud? Agaknya pertanyaan ini bisa jadi masih terngiang di telinga kita, terutama di saat sepi atau saat duduk bersama mengobrol kisah pemerintahan.

Apalagi jika obrolan ini dibahas oleh para guru, maka praduga-praduga keheranan akan senantiasa berlabuh menjadi topik utama. Apa iya seseorang yang basisnya bukanlah pakar pendidikan bisa jadi Mendikbud yang mantap?

Secara keilmuan, Mas Nadiem memang bisa belajar dari para pakar pendidikan muapun dari data-data statistik tentang pendidikan. Tapi secara pengalaman? Mungkin tidak sepenuhnya.

Walau secara persepsi pengalaman itu bisa didefinisikan, namun rasa hati bagi para pelaku pendidikan yang mengalami dan menjalani sulit untuk dijelaskan. Akhirnya kesimpulan-kesimpulan yang didapat hanyalah berupa judul besar yang tidak sepenuhnya mewakili fakta.

Buktinya? Pertama, 3 dosa pendidikan di sekolah yang beberapa waktu lalu sempat disebut oleh Mas Nadiem. Ada intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan. Ketiganya memang merupakan dosa besar, namun bagi pakar pendidikan dosa ini hanyalah akibat yang tampak saja.

Salah satu kritikan datang dari ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim yang menganggap bahwa dosa besar ala Mas Nadiem bukanlah akar masalah, melainkan hanya akibat.

"Sebenarnya tiga dosa besar tersebut hanyalah dampak dari buruknya sistem pendidikan kita, banyak dosa lain yang justru lebih besar yang memang murni dosa pendidikan diantaranya buta matematika, gagal literasi, kegagalan pendidikan karakter, pengangguran alumni SMK hingga belajar bahasa Inggris enam tahun tapi tak bisa berucap tanpa bantuan kursus," kata Ramli pada Senin (24/02/2020).

Kedua, tentang kebijakan penghapusan UN alias pergantian sistem ujian dengan menerapkan Ujian Sekolah. Di awal-awal kebijakan, semua orang heboh, semua media heboh, dan pemberitaan tidak lepas dari wacana yang berjudul "UN dihapus". Padahal UN hanya diganti.

Masalah yang datang kemudian adalah, apakah sekolah-sekolah mampu meracik soal, mendanai kegiatan persiapan dan pembuatan soal? Barangkali, sekolah-sekolah kecil belum mampu dan semua dikembalikan kepada dinas dikbud setempat.

Akhirnya? Belajar hanya merdeka secara kebijakan, namun tidak secara pengalaman di lapangan.

Maka dari itulah, muncul lagi pertanyaan kedua, mengapa dulu Pak Jokowi berniat memilih Mas Nadiem untuk dijadikan Mendikbud?

"Saya Tipe yang Mendobrak, Pak!"

Mas Nadiem Anwar Makarim sempat menceritakan momen yang paling membekas dalam ingatannya ketika diminta Presiden Jokowi untuk menjadi Mendikbud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun