Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rasanya, Dulu Guru SMA Tidak "Sebegitunya" Menghukum Kami

14 Februari 2020   20:37 Diperbarui: 14 Februari 2020   20:43 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa SMA Negeri 12 Kota Bekasi menangis histeris usai guru pelaku pemukulan terancam dipindah, Kamis, (13/2/2020). tribunnews.com

Makin tertusuk-tusuk rasanya hati ini ketika melihat begitu banyak fenomena bertajuk negatif yang membanjiri dunia pendidikan kita. Belum selesai aniaya, muncul perundungan. Belum selesai perundungan, muncul perkelahian. Lalu, sesudah itu?

Muncul lagi sosok guru yang sebegitunya dalam menghukum siswa. Sebegitunya di sini bukanlah sekadar pemberian efek jera melainkan sungguh berlebihan bin keterlaluan. Karena sudah keterlaluan, akhirnya viral lewat video yang disebarkan di media sosial.

Jika mengamati pemberitaan dan video yang sempat tersebar di media, tampak ada seorang guru SMA di Bekasi dengan jabatan Wakil Kesiswaan beberapa kali memukuli seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah.

"Jam masuk itu 06.30 WIB karena kita ada kegiatan tadarus. Jam 06.45 WIB itu gerbang sudah mulai ditutup, tapi itu jam 07.00 WIB baru ditutup dan kemarin itu banyak sekali yang terlambat," ujar Inartiqoh pada Rabu (12/2/2020).

Inartiqoh yang menjabat sebagai Wakil Kepala Bidang Humas SMA ini menerangkan bahwa ada ratusan siswa yang telat, padahal biasanya paling banyak hanya 10 siswa. Dari video yang beredar, terlihat siswa laki-laki yang telat duduk jongkok dan siswi perempuan berdiri di seberangnya.

Sedangkan untuk siswa yang dihukum, beberapa kali tamparan dan pukulan dilayangkan kepadanya. Agaknya pukulan ini cukup keras dan guru yang memukulnya juga dengan emosional. Ini terlihat dari cepatnya gerakan pukulan yang menjadi bertubi-tubi.

Atas kejadian ini, KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mendorong kasus guru SMAN 12 Bekasi yang memukul anak muridnya, diproses hukum. Ini dilakukan untuk memberikan efek jera agar nanti tidak ada lagi guru-guru yang melakukan kekerasan saat mengajar muridnya.

"Kalau kami semua yang seperti ini diproses saja hukum, jangan damai dong. Untuk efek jera mestinya diproses hukum saja, toh siapa tahu hukumannya tidak sampai empat tahun, tapikan proses itu mesti dilakukan," ujar Retno di SMAN 12, Kranji, Bekasi, Jumat (14/2/2020).

Sekilas, jika kita berangkat dari video yang viral itu barangkali proses hukum memang patut untuk segera dilaksanakan. Namun, pertimbangan lain perlu didiskusikan lebih lanjut.

Misalnya masalah kenapa siswa tadi lebih yang banyak terlambat dibandingkan hari-hari biasanya, apakah ada masalah lain hingga guru tadi memukulnya dengan emosional. Terang saja, siswa dan guru yang berada di sekolah lebih tahu masalah sebenarnya.

Sedangkan menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dewi Sartika mengatakan keputusan terkait nasib Idiyanto, guru yang pukul murid di SMAN 12 Bekasi, akan menemui titik terang pada minggu depan.

Guru yang menjadi pelaku pemukulan siswa sedang menanti apakah dirinya akan dimutasi akibat atau tidak. Pihak Dinas Pendidikan sendiri masih mengumpulkan data-data dan pertimbangan terkait kasus ini.

Tidak hanya pihak KPAI maupun Dinas Pendidikan setempat, berita ini segera ditanggapi oleh para siswa di SMA 12 Bekasi. Karena mendapat berita bahwa gurunya akan dimutasi, mereka menggelar unjuk rasa dan membuat petisi penolakan mutasi.

Dalam petisi itu, salah satu siswa SMAN 12 menerangkan bahwa guru yang telah memukul siswa itu memang dikenal sebagai guru yang tegas dan disiplin. Beliau berbeda dari guru kebanyakan, meskipun terkadang cara cara mengajarnya keras keras, beliau memiliki integritas yang tinggi, bersih, dan mempunyai pengetahuan yang luas.

Jika para siswa masih ngotot mempertahankan gurunya agar tidak dipindahkan, agaknya guru ini memang memiliki kesan yang baik di hati mereka. Terang saja, segarang apapun seorang guru jika ia memiliki tingkat integritas dan disiplin yang tinggi tetap akan dicintai.

Dulu, Guru SMA Tidak Sebegitunya Menghukum Kami

Melihat perbuatan guru SMA ini, agaknya beliau memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Namun, terlepas dari disiplin dan integritas yang ia miliki agaknya itu cukup keterlaluan.

Dulu, di masa-masa saya SMA tepatnya pada tahun 2009-2012 para guru tidak sebegitunya menghukum kami. Pukulan dan tendangan itu tetap ada, tetapi pemukulan yang dilakukan tidak menggunakan emosi dan dilayangkan pada bagian tubuh yang tidak sakit.

Terang saja, jika seorang guru memukul siswa dengan emosi maka walau katanya pelan, nyatanya itu sungguh menyakitkan. Kemudian juga, jika yang dipukul bukan bagian wajah, kepala dan perut, itu tidaklah menimbulkan sakit yang berarti.

Sedangkan dulu, rasanya tidak ada satupun guru SMA kami yang menghukum fisik secara berlebihan. Bahkan, guru BK kami sendiri malah jadi guru favorit di sekolah. Beliau datang dengan cara dan pendekatan yang menyenangkan sehingga banyak dari kami yang menyukainya.

Hukuman fisik yang kami terima, paling-paling hanya sekadar sedikit cubitan perut karena lupa memasukkan baju, tarikan rambut karena tidak kunjung memangkasnya, hingga sedikit tendangan karena buang sampah sembarangan.

Dari banyaknya hukuman ini, tiada satupun yang kami tuntut, kami dendam dan kami sesali. Terang saja, selain memang kesalahan itu datangnya dari kami, hukuman yang diberikan juga tidak menimbulkan penyakit batin yang berarti. Walaupun gurunya garang, tetap banyak dari mereka yang bisa menghibur, tentu saja di waktu-waktu tertentu.

Dari sinilah saya bisa menilai hukuman yang diberikan kepada siswa SMA di Bekasi sudah di luar batas kewajaran.

Jika berkali-kali dipukul tepat pada bagian kepala dan wajah, agaknya itu sudah menyentuh batin dan perasaan siswa. Tidak menutup kemungkinan akan ada dendam yang lahir dari siswa, karena memang dari segi fisik itu sudah menyakitkan.

Kasus ini sejatinya telah memberikan pelajaran yang amat penting bagi sekolah, terutama dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

Terdengar aneh kiranya jika dalam satu hari ada ratusan siswa yang terlambat. Dari sini sekolahnya perlu diperiksa, berlaku atau tidak tata tertibnya, tepat waktu atau tidak guru-gurunya, serta nyaman atau tidak sekolahnya.

Hal ini juga menjadi pembelajaran yang penting bagi guru, juga dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Agaknya, hari ini hukuman fisik tidak bisa terus-menerus jadi andalan karena peluang batin siswa terluka cukup besar.

Siswa hari ini beda dengan siswa dulu. Siswa dulu cenderung lebih takut dan takzim kepada guru. Siswa dulu dimarahi sekali, dua kali, tiga kali setelah itu mereka bisa berubah. Tapi siswa hari ini tidak bisa harus terus dimarahi, karena tidak sedikit dari mereka yang kekurangan perhatian dan kasih sayang.

Walau demikian,  guru hari ini jangan terlalu takut memberikan hukuman fisik hingganya mau bersikap permisif kepada siswa. Ada saat-saat tertentu di mana guru harus tegas dan memberikan efek jera kepada siswa. Toh, semua juga demi kebaikan siswa itu sendiri.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun