Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Berkelahi Jangan di Depan Murid, "Silakan di Lapangan, Nah!"

11 Februari 2020   23:37 Diperbarui: 11 Februari 2020   23:55 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Berkelahi. (Merdeka.com)

Kecuali, memang ada yang mendesak. Semisal ada wali siswa yang menjemput kunci rumah, wali murid yang mengabarkan ada berita duka, atau hal-hal lain yang menyangkut privasi dan kepentingan siswa. Inipun mesti izin dulu. Minimal ucapkan salam dan ketok pintu.

Sederhana memang, hanya ucapkan "Permisi" namun sangat susah bagi orang yang tidak terbiasa. Tanpa etiket ini, wajar saja jika guru tadi tidak mengizinkan siswanya keluar.

Namun, tidak wajar ketika mereka sampai berkelahi di dalam kelas. Entah ke mana malunya, entah ke mana kompetensi kepribadian, profesional dan hafalan kode etik guru yang selama ini lengket dalam gelarnya. Ini sungguh menghancurkan wibawa seorang guru sekaligus membuat kita tepuk jidat.

Atas kisah nyata yang buruk ini, akhirnya Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meminta guru yang saling pukul tadi segera dipecat.

"Kita berhentikan gurunya kalau berkelahi. Guru kencing berdiri, muridnya nanti kencing berlari," ucap Edy Rahmayadi Senin (10/2/2020).

Permintaan Pak Edy Rahmayadi ini sekaligus jadi sirene yang kuat bagi seluruh guru di Indonesia agar tidak sembarang bertata sikap di sekolah. Teladan yang ditularkan mestilah teladan yang baik.

Jika teladan baik yang guru berikan, maka siswa bisa jadi akan lebih baik dari gurunya. Sebaliknya, jika guru memberikan teladan yang buruk maka siswanya akan jadi lebih buruk lagi dalam bertata sikap.

Terakhir, kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa semua orang punya masalah dan semua guru punya masalah. Namun, tidak etis kiranya jika semua masalah itu diluapkan bukan pada tempatnya. Apalagi ini di sekolah, bukan hanya nama guru yang rusak melainkan juga sekolahnya.

Apa jadinya jika nanti masyarakat setempat tidak mau lagi sekolah di sana. Terang saja, mereka bisa saja khawatir guru di sana tidak akan peduli dengan siswanya. Buktinya, sesama guru saja berkelahi.

Mengingat profesi yang sudah menjadi guru maka bukan saatnya lagi mesti bertikai dan adu tenaga. Bukan saatnya pula harus adu mulut dan saling mencela. Kita punya jalan musyawarah, bisa duduk berdua, bertukar cerita dan gagaskan kesimpulan.

Ini lebih baik dan lebih cocok untuk mencegah terjadinya pertengkaran. Kalaupun mau bertengkar, silahkan! Tapi, jangan di kelas, jangan di sekolah. Di lapangan saja, biar semua orang menyaksikan.

Agaknya, guru tentu lebih pintar, lebih cerdas dan lebih paham dengan teori ini. Tinggal lagi memaksimalkan kepahaman ini dengan teladan dan sikap yang bijaksana.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun