Kesenjangan ini jika dibiarkan lama-lama tentu akan menimbulkan ketidaksetaraan hasil pendidikan. Jika Mas Nadiem dan rekan-rekan begitu kukuh dan semata ingin membangun infrastruktur digital, maka dunia pendidikan kita bisa jadi semakin timpang. Hanya kelompok-kelompok tertentu yang bisa menikmatinya.
Sejalan dengan ketakutan ini, pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengungkapkan bahwa paket kebijakan Mas Nadiem Makarim hanya gimik belaka. Baik Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka belum menyentuh Sumber Daya Manusia (SDM) sama sekali.
Lumrah saja kiranya jika Indra mengungkapkan bahwa SDM (guru/dosen) belum tersentuh kebijakan. Guru di pelosok misalnya, bagaimana mereka bisa meningkatkan kualitas dan kompetensi berbasis teknologi jika sekolah tidak difasilitasi.
Guru mungkin bisa saja ikut workshop, sosialisasi, bahkan pelatihan-pelatihan sejenis berbasis e-learning. Tapi, apakah mereka langsung bisa menerapkannya di sekolah?
Seperti contohnya workshop pembelajaran e-learning yang pernah saya ikuti pada Juni 2019, menjelang saya gabung ke kompasiana.
Di sana banyak pula guru-guru usia lanjut yang berpartisipasi. Mereka datang dan bawa laptop sendiri-sendiri. Tapi, ketika workshop dimulai semangat mengikutinya jadi tinggal setengah hati, termasuklah saya sendiri.
Bagaimana tidak kecil hati, produk pembelajaran yang ditawarkan semuanya berbasis kelas maya alias digital. Entah butuh beberapa tahun lagi agar kami bisa mengimplementasikannya di sekolah. Kan, jadi sia-sia tanpa guna workshop tadi.
Maka dari itulah, berawal dari layar tancap yang hingga hari ini masih sering terucap oleh siswa-siswa kami, saya berharap Mas Nadiem bisa segera mewujudkan pendidikan untuk semua.
Silahkan munculkan kebijakan tentang pendidikan merdeka. Apapun tajuk dari kemerdekaan itu, yang penting pemerataan tetap diprioritaskan. Saya yakin dan percaya bahwa seluruh guru-guru pelosok di Indonesia bertumpu harap besar pada sosok Mas Nadiem.
Akhirnya, terserah Mas Nadiem mau menjawab ini Proyektor Infokus maupun Layar Tancap. Keduanya sah-sah saja, yang penting perwujudannya. Kami beruntung, karena mulai tahun ini bisa sering-sering belajar menggunakan layar tancap.
Salam.