Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memilih Jabatan Idaman Berdasarkan Kriteria Calon Istri Idaman

19 Januari 2020   05:41 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:23 2892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi calon istri idaman. (pxhere.com)

Uppps, bagi yang sudah beristri jangan terbawa suasana ya. Cukup satu saja! Hihihi

Jika ada pertanyaan tentang seperti apa itu "Jabatan Idaman" maka jawabnya pasti akan beragam rupa. Namanya juga idaman. Yang tertera dalam KBBI berarti ingin sekali, berharap sekali, berhasrat sekali, dan begitu mendambakan.

Kriterianya juga macam-macam. Ada yang menentukan jabatan idaman berdasarkan jumlah gaji yang didapat, ada juga yang berdasarkan populernya jabatan itu. 

Ada yang mengukur jabatan idaman berdasarkan ruang kerjanya yang luas dan ber-AC, ada juga yang berdasarkan kontribusi besar yang akan diberikan.

Namun, meskipun sebuah jabatan itu bergelar idaman tidak melulu orang yang mengemban jabatan itu menikmatinya. Kadang, karena sibuknya pekerjaan seseorang rela terus bergadang.

Ada pula yang meninggalkan anak istrinya hingga berlarut karena sedang DL. Bahkan, tidak jarang pekerjaan dalam jabatan idaman itu malah melalaikan diri untuk beribadah kepada Tuhan.

Katanya idaman, tapi kok malah merugikan? Atau, memang sang pemegang jabatan itu yang kurang profesional?

Maka darinya, penulis mencoba mengajak pembaca menentukan sendiri jabatan idaman berdasarkan kriteria calon istri idaman.

Lah, mengapa kok calon istri idaman? Tentu saja, jika sudah menggapai istri idaman hidup seseorang akan begitu lengkap. Jika ada hambatan maka ada yang membantu, bukan malah menghambat. Jika menemui gang buntu maka ada penunjuk jalan, bukan malah mendorongnya ke jurang. Hohoho

Jabatan Idaman dan Kriteria Calon Istri Idaman

Sebelum menentukan yang mana dan seperti apa sesungguhnya jabatan idaman itu, terlebih dahulu kita menilik beberapa kriteria calon istri idaman.

Penting kiranya memandang sebuah jabatan dan menjadikannya idaman, karena dengan hasrat yang besar akan memudahkan seseorang dalam menjalankan amanah. Begitu pula dengan calon istri idaman. Darinya, seseorang akan lebih mudah dalam menjalankan amanah sebagai keluarga.

Sejenak, simaklah hadis berikut:

"Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung." (HR. Bukhari)

Berdasarkan dalil di atas, kriteria calon istri idaman disandarkan pada empat perkara. Mulai dari hartanya, keturunannya, kecantikanya, dan agamanya. Yang paling utama adalah agama, tentu saja untuk menggapai keberuntungan dunia dan akhirat.

Mengapa agama yang paling utama? Terang saja, harta bisa habis dan menghabisi seseorang hingga jatuh harga dirinya, termasuklah seseorang yang mengukur hanya dari harta. 

Keturunan/ asal seseorang bisa jadi meningkatkan reputasi, namun bisa juga jadi dalih. Begitu pula kecantikan, selain jadi elok dipandang bisa juga menyempitkan penilaian hanya dari rupa.

Sedangkan memilih calon istri berdasarkan agama alias ketaatan akan menjadikan laki-laki beruntung. Itulah yang disebut istri idaman.

Lalu, bagaimana dengan jabatan idaman?

Pertama, periksa dulu harta alias pendapatan dari jabatan tersebut. Jelas atau samar-samar. Kalau soal cukup atau tidak cukup agaknya relatif. Tapi, kalau samar-samar itulah tanda bahaya. Jabatan bos preman misalnya, mana mungkin kita mau makan gaji haram dan bekas dari kezaliman?

Kedua, periksa dulu keturunan alias asal-usul atau kedudukan dari jabatan. Jabatan tersebut akan memperbaiki reputasi kita atau tidak? Jika nanti saat menjabat kita terpaksa jadi pemalas, penjilat, biang gosip, bahkan biang fitnah maka tinggalkanlah. Tidak hanya reputasi kita yang rusak, tapi juga keluarga kita.

Ketiga, periksa dulu kecantikan rupa dan metafisika dari jabatan. Kecantikan rupa dari jabatan akan membuat kita semangat bekerja, misalnya seperti ada ruang kerja khusus dan beberapa fasilitas yang mempermudah kerja.

Meski demikian, kecantikan metafisika dari jabatan juga patut diprioritaskan. Misalnya, dengan menduduki jabatan tersebut kita jadi sosok yang berakhlak mulia, peduli dengan sesama, tertanam rasa empati dan menjadi sosok yang dermawan.

Keempat dan yang terpenting, periksa dulu kesempatan kita dalam beribadah jika nantinya menduduki jabatan tersebut. Jangan-jangan nanti ketika sudah menggapai jabatan kita malah disibukkan dengan lembur hingga tak sempat beribadah, kelelahan hingga tak sempat singgah ke rumah ibadah, terlalu menggoda hingga tak sempat bersyukur.

Ini alamat bahaya karena sejatinya jabatan adalah amanah. Bukankah amanah dijalankan agar seseorang menjadi lebih taat? Tentu saja.

Jika jabatan hanya diukur dari harta, maka terjadilah jual beli jabatan. Jika jabatan hanya diukur dari keturunan dan reputasi, terjadilah jilat-menjilat jabatan. Jika jabatan hanya diukur dari kecantikan rupa, maka terjadilah lobi-lobi gelap dalam jabatan.

Beda hal jika jabatan idaman itu didasarkan pada ketaatan. Dari sana biasanya akan lahir kebijakan yang amat bijak dan bijaksana. 

Misalnya, kepala sekolah yang mengejar ketaatan akan mengusahakan agar sekolah gratis. Pemimpin yang ingin lebih taat akan memudahkan segala urusan rakyatnya. Seperti inilah semestinya jabatan idaman.

Kembali lagi pada tambahan kriteria calon istri idaman:

"Sebaik-baik wanita (istri) adalah jika kamu memandangnya, dia menyenangkanmu. Jika kamu memerintahnya, dia menaatimu. Dan jika kamu sedang tidak ada, dia menjagamu pada dirinya dan hartamu." (HR. Ath Thayalisy dalam musnadnya no. 2325)

Siapakah laki-laki yang tidak bahagia jika nanti mendapatkan seorang istri yang selalu bahagia jika dipandangi, selalu taat jika diperintah (yang baik), dan selalu menjaga diri dan harta di saat laki-laki pergi. Benar-benar istri idaman. Begitu pula kiranya dengan jabatan idaman.

Jabatan apapun itu ketika dipandangi maka kerja akan lebih semangat dan bertumbuh-tumbuh, barulah bisa disebut jabatan idaman. 

Terang saja, untuk apa menjabat di posisi tertinggi jika setiap kali melihatnya kita jadi ingin bolos kerja atau bahkan terbebani karena ada rasa tidak mampu menjalankan amanah.

Kemudian, jabatan idaman kiranya bisa memudahkan seorang pemimpin untuk mengajak seisi instansi untuk berkemajuan dan lebih baik, didukung dengan anggota-anggota yang satu visi serta tujuan.

Bukanlah jabatan idaman namanya jika hanya jadi tebengan pihak-pihak tertentu untuk memanfatkan kepentingan pribadi, apalagi sampai mempermudah jalannya korupsi, kolusi dan nepotisme.

Selain itu, jabatan idaman adalah jabatan yang dapat menjaga seorang pemimpin di manapun ia berada. Di ruang kerja ia dianggap baik, dan di luar tetap dianggap baik. Bukan hanya karena diri pemimpin yang baik, melainkan jabatan itu telah mempermudahnya untuk berbuat baik.

Percuma kiranya duduk di puncak jabatan hingganya hanya menambah kehinaan sang pemimpin. Misalnya jadi pemimpin di ladang usaha ilegal. Setelah ketahuan dan tertangkap, maka jabatan tadi tidak bisa melindungi sang pemimpin berikut dengan hartanya.

Terakhir, tidak hanya calon istri idaman, seorang laki-laki juga harus memantaskan dirinya. Dia adalah sosok yang taat apa belum? Sosok yang bertanggung jawab apa bukan? Sosok yang bisa membawa keluarga ke jalan yang benar atau belum? Serta kriteria bernama kebaikan yang lain.

Begitu pula dengan pemimpin yang telah meraih jabatan idaman, juga harus memantaskan dirinya. Dia bisa jadi Role Model atau belum? Mampu menuntun instansi ke arah berkemajuan apa tidak? Jujur, amanah, bisa menyampaikan, cerdas atau masih meraba-raba? Serta kriteria pemimpin idaman lainnya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun