Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lulus Seleksi CPNS dengan Cara Pandang Dunia Ketiga

18 November 2019   20:54 Diperbarui: 20 November 2019   08:45 5329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seleksi CPNS|Sumber: Surya Tribunnews/Ahmad Zaimul Haq

Rekan-rekanku yang berbahagia, apakah kalian percaya dengan kebetulan?

Terkait dengan lulus seleksi CPNS, saya sering mendengar ungkapan-ungkapan syukur yang tidak biasa di lingkungan masyarakat. Mungkin rekan-rekan juga sempat terdengar, misalnya:

"Wah, saya juga tidak menyangka, ini kebetulan saja saya bisa lulus, padahal belajarnya tidak serius-serius amat!"
"Hehe, kebetulan saja aku lulus bro. Kalau tes ulang, rasanya aku tidak akan lulus. Nasib baik aja ini!"

Sekilas, tampaknya mereka yang sudah lulus begitu memuja sosok yang kita sebut "kebetulan". Dari sudut dan cara pandang logika mungkin banyak orang percaya, tapi jika dilihat dengan cara pandang dunia ketiga saya tidak percaya. Yup. Saya tidak percaya dengan adanya kebetulan.

Eits tunggu dulu. Ini bukan kisah perang dingin, negara berkembang, blok komunis atau negara-negara yang tergabung dalam NATO ya! Hehe.

Mereka yang lulus tes CPNS bisa jadi sudah berusaha belajar sampai berdarah-darah, hanya saja tidak dipamerkan. Bisa jadi mereka selama ini begitu rajin menolong orang lain, hingga doa dari orang-orang yang ia tolong menembus langit dan dikabulkan oleh Allah.

Dan bisa pula selama ini ia meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, hingga Allah memberikan ia rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. Menurut cara pandang dunia ketiga, selalu ada udang dibalik sambal alias selalu ada sebab yang mendahului akibat, walaupun itu tidak biasa.

Maka dari itu, penulis ingin mengulik tips dan saran agar rekan-rekan bisa lulus tes CPNS tahun ini. Tentunya dengan menganut cara pandang dunia ketiga. 

Pertama: Hapuskan Persepsi Negatif tentang CPNS

Ilustrasi suap. (Sumber: cpnsindonesia.com)
Ilustrasi suap. (Sumber: cpnsindonesia.com)
Lulus seleksi CPNS masih dianggap mistis oleh sebagian orang, baik itu sebelum maupun sesudah diberlakukannya sistem CAT (Computer Assisted Test). Banyaknya isu sogok dan jual beli SK terus menghantui para peserta tes berikut dengan masyarakat, bahkan hingga saat ini.

Namun bukan berarti kita harus pesimis dengan isu-isu yang hoaks ini. Pemerintah juga sudah sering menghimbau agar peserta tes CPNS tidak terbujuk oleh rayuan beli SK atau meluluskan tes CPNS dengan sejumlah uang.

Terang saja, daripada harus membayar ratusan juta untuk profesi PNS lebih baik kita buat usaha sendiri atau malah kuliah lagi. Tidak bisa dibayangkan berapa lama kita bisa mengembalikan uang ratusan juta itu. Yang jelas, dari mana kita bisa dapat uang sebanyak itu sementara kita belum kerja!

Dan beruntung saat ini pemerintah sudah memberlakukan sistem CAT yang menutup segala kemungkinan tindak kecurangan. Dari sini perlu diluruskan bahwa CPNS yang nantinya lulus tes sejatinya memang benar-benar layak, alias lulus murni.

Maka darinya sebelum menjalani tes CPNS nanti, perlu dilakukan pelurusan mindset bahwa tes CPNS nanti adalah rangkaian perang ilmu, keterampilan, dan wawasan, bukan perang uang. Ilmu, keterampilan, dan wawasan bisa diasah dengan menambah kapasitas diri serta beberapa kiat.

Jika nada-nada negatif ini sudah terhapus dari pikiran, agaknya kita akan lebih fokus untuk mencapai target lulus seleksi CPNS.

Kedua: Dekati Maha Pemberi Rezeki

Ilustrasi berdoa. (Sumber: yufidia.com)
Ilustrasi berdoa. (Sumber: yufidia.com)
Jika selama ini terbesit pikiran bahwa yang akan meluluskan kita nanti adalah panitia pelaksana CPNS, komputer, BKN, atau bahkan Kemenpan-RB, berarti selama ini kita salah besar. Jika sejenak kita memandang jauh ke depan, ternyata semua hal yang kita dapatkan adalah pemberian dari Allah.

PNS itu hanyalah segelintir kecil rezeki yang telah Allah berikan agar hamba-Nya dapat lebih taat dan lebih dekat kepada Allah. Dari sini, bolehlah kita berharap dan senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita rezeki lewat profesi PNS.

Walau demikian, kita tetap harus ingat bahwa PNS bukanlah segalanya karena Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji.

Ketiga: Belajar dengan Cara Pandang Dunia Ketiga

Ilustrasi belajar. (Sumber: pontianak.tribunnews.com)
Ilustrasi belajar. (Sumber: pontianak.tribunnews.com)
Rekan-rekan sudah pada daftar CPNS? Sudah beli buku kisi-kisi soal? Sudah download tutorial pengerjaan tes CPNS dan e-book di internet? Atau malah santai-santai saja dan berharap agar nanti waktu tes akan lulus dengan modal kebetulan?

Ups, perlu diluruskan kembali bahwa dalam cara pandang dunia ketiga, tidak ada yang namanya kebetulan. Haha.

Tidak cukup sekadar dekat dengan Tuhan, sejatinya kita juga perlu berusaha. Namun, usaha di sini bukan sekadarnya ataupun malah terlalu keras ya! Kita perlu cari dan renungkan bersama sisi lain dari belajar.

Menurut logika, siapa yang banyak belajar maka akan banyak pula yang didapat. Darinya, mulailah sebagian orang membeli beberapa buku kisi-kisi soal yang tebalnya "wah", download soal dari grup Whatsapp, Telegram, website, bahkan Youtube.

Semua diambil, dibaca, dan dimakan. Bahkan, beberapa orang sanggup belajar seharian tanpa mau mandi, kerja, membantu orang tua, hingga selalu lembur kejar tayang. Apakah prinsip seperti ini perlu ditiru?

Menurut cara pandang dunia ketiga, tidak perlu sampai segitunya. Makin banyak baca bisa jadi makin lupa. Paham teori baru, bisa jadi teori lama terpendam dan hilang. Terlebih lagi dengan terlalu banyaknya referensi dengan pendekatan yang berbeda. Bukannya tambah paham, malah tambah bingung.

Sebaiknya, belajarlah dengan pedoman satu buku saja karena kebanyakan kisi-kisi soal CPNS itu sama, hanya berbeda angka dan cara mengungkapkan masalah saja. Selebihnya adalah sama. karena soal CPNS begitu HOTS, maka kita perlu belajar dan mendalami apa yang kita bisa terlebih dahulu.

Misalkan soal TIU (Tes Intelegensia Umum), kita terlebih dahulu belajar tentang deret angka, maka kita kuasai rumus itu dengan berbagai jenis gaya soal, barulah kita lompat ke materi lain. Artinya, jangan setengah hati. Begitu juga dengan materi lain.

Jika memang mau dengar tutorial Youtube dan e-book, maka kuasai dulu rumusnya agar nanti tidak kebingungan. Kalau sudah bingung kan bahaya, bisa-bisa serba menyalahkan dan lupa semua. Hehe.

Keempat: Perbanyak Menolong Orang Lain dan Bersedekahlah

Ilustrasi menolong orang lain. (Sumber: tribratanewsbantul.com)
Ilustrasi menolong orang lain. (Sumber: tribratanewsbantul.com)
Apa hubungannya dengan lulus tes CPNS? Sekilas, memang tak ada hubungannya antara menolong orang lain dan bersedekah dengan lulusnya seseorang. Tapi ini pandangan dunia ketiga loh? Kita kembali mengusik hal-hal tak biasa lagi nih!

Realitanya, jika kita menolong orang lain dan kita mengharapkan imbalan, bisa jadi kita dapat uang. Jika kita menolong dengan ikhlas, maka kita akan dapat balas jasa di suatu saat nanti. Namun sayangnya, uang tidak bisa dipakai untuk lulus CPNS, begitu pula dengan jasa "orang dalam".

Dalam cara pandang dunia ketiga, ketika kita menolong orang lain hingga tuntas dan juga bersedekah dengan ikhlas, kita akan mendapatkan nikmat dan rezeki yang tidak terhitung. Rumusnya sederhana:

Misalnya kita sedekah Rp 5.000 dan ikhlas (bernilai 0), maka 5000:0= tak terhingga. Boleh tes pakai kalkulator manapun, hasilnya akan tetap tak terhingga.

Begitulah sejatinya rezeki yang akan kita dapatkan saat menolong orang lain dan bersedekah dengan ikhlas. Dengan memudahkan urusan orang lain dan mengenyangkan perut orang yang kelaparan, kita bisa titip doa kepada Allah agar dimudahkan segala urusan dan niat baik.

Sejatinya, orang yang telah kita tolong pasti akan mendoakan kita walaupun kita tidak memintanya. Doa itu pasti mengarah kepada kebaikan, dan doa yang tulus semakin mudah menembus langit.

Terakhir: Doa Ayah dan Ibu

Ilustrasi ayah dan ibu. (Sumber: asmistansa.ac.id)
Ilustrasi ayah dan ibu. (Sumber: asmistansa.ac.id)
Rasanya untuk yang ini, baik pakai cara pandang biasa maupun cara pandang dunia ketiga pun kesimpulannya tetap sama, yaitu makbul alias manjur. Peran kedua orangtua begitu krusial dalam kehidupan kita, hingganya kita perlu meminta dukungan dan doa kepada keduanya.

Mustahil akan lulus tes CPNS tanpa doa orangtua. Walaupun tidak diminta, mereka pasti akan mendoakan. Jika pun nantinya ada yang lulus tanpa doa orangtua, bahkan tanpa persetujuan orangtua, khawatirnya tidak akan ada berkah dan kebaikan dari profesi PNS ini.

Maka dari itu, seperti yang disampaikan sebelumnya kita tidak perlu terlalu berdarah-darah dalam belajar dan menggapai PNS. Bagaimana orangtua akan meridhoi jika dari mulai pembukaan tes CPNS kita mulai malas cuci piring, malas bangun pagi, malas bantu orangtua, bahkan marah-marah tidak karuan!

Artinya, tidak perlulah segila itu. Lagi-lagi perlu ditegaskan bahwa rezeki tidak sesederhana itu, dan pekerjaan baik bukanlah PNS saja.

Peluang setiap orang sama dan selagi ada kita perlu berusaha. Nantilah berbicara soal lulus, gagal, atau "tahun depan masih buka pendaftaran gak ya?"

Apakah setiap hasil selalu kita yang tentukan? Tidak. Sungguh, Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji.

Ending-nya, bersemangatlah.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun