Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memandang Derajat, Awal Mula Peperangan di Ruang Kerja

21 September 2019   15:58 Diperbarui: 21 September 2019   18:29 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merendahkan orang lain karena derajatnya dalam pekerjaan. (iStockphoto and Shannon Henderson)

Uniknya, karena mengusung sikap "profesional", baik yang merasa derajatnya lebih tinggi maupun mereka yang dianggap lebih rendah tidak mau berperang dengan kontak fisik. 

Jika anak SD kan mereka langsung berkelahi seusai pelajaran sekolah. Kalau anak SMP, mungkin mereka sudah siap membawa satu tim untuk tawuran. Huuffh.

Karena baunya "profesional", pimpinan, pekerja tetap, maupun pekerja kontrak hanya menyiapkan amunisi-amunisi fitnah untuk dijadikan senjata perang umpatan. Ada ranjau yang berhiaskan majas hiperbola, dan adapula senapan yang dihias dengan majas ironi.

Perang umpatan ini pula menggunakan taktik gerilya. Di saat pimpinan sedang DL atau berkurung di ruang kerja, mereka mulai berkoar-koar. Terdengarlah oleh pintu ruang kerja itu kata-kata hina, kotor, fitnah, bahkan cacian berkepanjangan.

"Ah, pimpinan ini senang sekali liburan ya? Mentang-mentang sudah sejahtera! "
"Pimpinan kita ini sungguh pelit! Lihatlah, tahun ini kita belum ada makan-makan..."
"Eh, pimpinan kita itu lunak sekali dengan si A ya. Kalau seperti ini bagaimana kita bisa maju, tegas dikitlah!"

Padahal sang pimpinan sedang DL, seminar, atau presentasi proposal kegiatan. Padahal sang pimpinan sedang pontang-panting mencari pinjaman untuk gaji karyawannya, karena saat itu perusahaan sedang krisis. Padahal Si A adalah fresh graduates yang baru bekerja beberapa hari.

Semua yang dilakukan pimpinan dipandang buruk dan tidak bijak, akibat sikap pimpinan yang merendahkan "bawahannya". Hebatnya, jika ada salah satu pekerja yang dekat dan dibanggakan oleh pimpinan, pekerja lain akan berusaha menjadikan pekerja tadi sebagai bahan baku umpatan.

Entah dibilang pimpinannya pilih kasihlah, sok pencitraanlah, sok rajinlah, cari seseranlah! Dan sebagainya.

Selain itu, pandangan "derajat" sering terjadi antara pegawai tetap dengan pegawai kontrak. Karena merasa dirinya sudah bergaji tetap dan bahkan sudah ada tunjangan sampai mati, pegawai tetap dengan seenaknya merendahkan pegawai kontrak.

Ironisnya, para pegawai tetap beberapa kali melimpahkan tugas dan kewajibannya kepada pegawai kontrak secara berlebihan. Pegawai kontrak pun tak berkutik. 

Ya, daripada mereka dipecat. Karena sudah "bebas tugas" tadi, pegawai tetap akan aman. Mereka bisa pulang cepat, bolos, tidur-tiduran di ruang kerja, bahkan bisa telpon teman untuk tanda tangan absen. Huufh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun