Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhijrah dan Menjemput Hidayah

2 September 2019   21:21 Diperbarui: 2 September 2019   22:40 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melatih Diri untuk Peka

Hidayah datangnya dari Allah. Hidayah akan Allah berikan kepada hamba-hamba pilihan Allah. Tentu pernah kita temui seseorang yang kemarin adalah ahli maksiat, perampok, bahkan pezina, hari ini telah hijrah dan taubat sepenuhnya. Walau Tidak ada angin, tidak ada hujan, bahkan tidak ada mendung sekalipun, jika sudah berlaku hidayah Allah kepada seseorang, maka berubahlah orang itu.

Lalu, apakah hidayah akan Allah berikan kepada semua orang? Tentu saja.
Lalu, kenapa banyak orang yang merasa belum mendapat hidayah dari Allah?
Jawabannnya adalah sudah, namun kita yang mungkin kurang peka. Sejatinya, hidayah akan Allah berikan kepada semua hamba-Nya ada dua, yaitu hidayah berupa pertolongan, dan hidayah berupa teguran atau keterangan.

Hidayah berupa pertolongan Allah, atau yang kita kenal dengan "Taufik" murni datangnya dari Allah, dan Allah yang memberikannya. Tak ada siapapun yang bisa memaksakan orang lain untuk menjadi "baik" kecuali Allah yang menolongnya lewat hidayah. Dari sini, timbul pemaknaan bahwa hidayah turun dari Allah, dan tidak kita minta.

Dari sini, tersirat pesan untuk kita yang senantiasa mengajak orang lain kepada kebaikan agar jangan baper. Maksudnya, ketika kita mengajak orang melakukan kebaikan dan orang itu tidak menerima/melakukan ajakan itu, kita jangan malah marah, kesal, dan bahkan memaksa orang  itu. Suatu saat, hidayah Allah akan turun. Maka dari itu, kita perlu tetap berbuat baik dan mengajak orang lain melakukan kebaikan.

Lalu,bagaimana dengan kita yang hingga saat ini belum menerima hidayah Allah? Apakah kita hanya duduk, diam, dan menunggu hingga badan ini rapuh dan rambut memutih?

Tentu tidak, dan disinilah hidayah berupa teguran/keterangan Allah berlaku. Allah memberikan dan menghadapkan kepada kita fenomena-fenomena yang sejatinya meminta kita untuk peka, dan ini juga hidayah. Namun, hidayah yang seperti ini harus kita jemput dengan kepekaan, bukan malah kita tunggu, atau bahkan kita tolak.

Misalnya, ketika kita melihat orang yang kesusahan dan kekurangan. Apa tindakan kita? ingin menolongnya, atau malah membiarkannya? Dari sini, sebenarnya Allah telah meminta kita menjemput hidayah melalui apa yang terlihat. Jika kita peka, kita akan membantu orang yang kesusahan tadi walaupun nilainya tidak seberapa. Sebaliknya, jika kita tidak peka kita akan memaksa wajah ini berpaling dan menganggapnya biasa. Inilah tindakan penolakan hidayah.

Contoh lain, ketika kita mendengar kata-kata mutiara atau kata-kata bijak tentang hijrah dan surga. Sesekali hati kita tentu pernah terketuk dan  baper. Berkali-kali pula kita pernah merenungkan indahnya surga dan membandingkannya dengan kepantasan amal kita. Ini adalah hidayah yang Allah berikan lewat telinga. Tinggal kitanya, mau menjemputnya, menundanya, atau sekedar cukup menjatuhkan air mata sesaat.

Allah juga memberikan hidayah berupa teguran. Yaitu lewat fenomena-fenomena yang terjadi disekitar kita. Misalnya banjir, kebakaran hutan, tsunami, gempa bumi, atau ketika kita melihat orang kecelakaan dan tewas mengenaskan. Atau fenomena alam yang membuat takjub seperti gerhana matahari dan komet yang melintas.

Dari semua fenomena itu, sebenarnya tersirat butiran-butiran hidayah Allah. Mirisnya, kita malah beberapa kali kurang peka dengannya. Seperti halnya fenomena alam. Memang indah terlihat mata, sejuk, bahkan memesona. Tapi, apakah cukup kita hanya takjub tanpa merenungkan kekuasaan Allah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun