Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Siaran Radio Lebih "Menarik"

15 Agustus 2019   10:15 Diperbarui: 15 Agustus 2019   11:47 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Radio. Gambar dari Pexels.

Masih nonton televisi konvensional? Hahhh. Kuno! Sekarang mah sudah biasa streaming youtube, jelajah televisi online, serta siaran lain. Serba digital donk!

Makin Lama didepan Televisi, Makin Bosan
Siaran televisi konvensional agaknya semakin di tinggalkan. Kaum digitalis mulai dilanda kebosanan jika harus utak-atik, hingga beli baterai remote control untuk memindah siaran televisi. Tambah bosan apabila setiap channel disinggahi lebih penjang iklannya daripada tayangan utamanya. Dan Semakin bosan apabila televisi yang selama ini ditonton menjadi gelap gulita, alias di acak.

Tujuan menonton televisi yang awalnya adalah menghilangkan Bad-Mood malah memperburuk suasana hati. Akhirnya lebih memilih pergi ke kamar atau berbaring di sofa untuk jelajah Youtube, IG TV atau memanfaatkan fitur Watch di Facebook. 2 jam, 3 jam, bahkan 5 jam tidaklah masalah. Mata ini akan tetap on walau sudah dini hari, on-fire malahan. Karena mood telah kembali, ketakutan akan kesiangan atau ngantuk saat kerja/sekolah hilang bak di telan bumi.

Begitupun dengan orang tua. Kegiatan malam hari yang biasanya di isi dengan stand-by nonton televisi bersama anggota keluarga, sekarang mulai ditinggalkan. Alasannya jelas, kalo bukan siarannya tidak menarik/menghibur, ya siarannya di acak.

Malam-malam serasa sepi. Padahal beberapa waktu sebelumnya saya dan adik suka mengeluhkan susah belajar karena suara Tv yang terlalu kencang. Sekarang apalah daya, rasanya sepi dan makin cepat ngantuk, ikut-ikutan orang tua. Hehe.

Begitupun dengan siang hari di waktu libur. Suasana tetap sama, tetap sepi. Bahkan orang tua saya meramaikan suasana dengan memutar siaran "Radio". Wah, sudah meninggalkan tv konvensional, malah menuju ke siaran tradisional? Tidak mengapa, justru lebih menarik!

Radio, Sederhana dan Menghibur
Begitu sederhana, sehingga radio bisa dibawa ke kebun, sawah, atau ladang. Menemani kesepian orang tua saat memetik kopi, membuat bedengan sawah, ataupun meracik gula merah. Ya, itu yang saya alami dulu bersama orang tua. Belum kenal dengan radio via "Handphone", melainkan radio dengan muatan 2 keping baterai ABC atau Alkaline. Eh, tapi lebih sering pake baterai ABC soalnya lebih murah. Hehe.

Radio pun begitu menghibur dan menyemangati kami dalam bekerja. Terserah mau channel dangdut, pop, lagu barat, lagu daerah, atau iklannya. Selama bunyi radio masih mulus dan halus, maka hiburan akan terus berlanjut. Setidaknya bisa "mempercepat" waktu. Berbeda hal ketika kita beraktivitas/bekerja saat hening dan tiada hiburan. Waktu akan terasa lamaaaaaa sekali. Entah sugesti capek, atau memang kitanya yang tidak sabaran.

Saat pulang kerja pun demikan. Bahkan sampai sekarang, orang tua saya dan beberapa tetangga pun masih aktif memutar radio sebagai hiburan di kala lelah. Mau segera mandi tidak mungkin, karena badan masih panas dan keringat masih bercucuran. Akhirnya ya dengar radio hingga capek hilang.

Radio, Siaran Bermutu Tanpa Sensor
Masih cerah dipikiran saya, waktu itu saya dengan adik berebut kirim SMS ke nomor yang ter-dikte. Untuk apa? Untuk sekedar kirim salam dan request lagu. Eh, bahkan untuk sebar nomor, siapa tahu dapat teman baru. Hehe. Tahan kami menunggu hingga 1 jam lebih untuk sekedar mendengar penyiar membacakan SMS.

Uniknya beberapa kali pernah kami menunggu hingga siarannya usai, namun tidak terbaca SMS-nya. Pertama mungkin karena terlalu banyak pendengar yang kirim pesan, dan kedua kami salah catat nomor. Hehe, wajar saja, mencatat nomornya kadang di tanah karena tidak keburu mengeluarkan handphone "klasik" kami.

Selain menanti kesempatan untuk berkirim pesan, kami sekeluarga juga amat menantikan saat-saat siaran edukasi on-air. Semuanya sangat bermanfaat. Channel A kadang memberitakan keadaan dunia, channel B tentang olahraga. Adapula berita daerah, desa, hingga berita tentang keadaan seluruh pelosok negeri ini.

Yang membuat tambah seru adalah selingannya. Kadang diselingi 1-2 lagu, kadang iklan, kadang pantun lucu, humor, puisi, hingga kesalahan putar lagu-pun lumrah terjadi. Toh kami pendengar setia tetap memaklumi. Semua siaran terdengar begitu mengalir, menghibur, dan bermanfaat. Dan pastinya, tidak ada istilah sensor, meskipun siaran langsung sekalipun.

Hari inipun sesekali masih begitu. Meski sudah modern, beberapa channel radio tetap menerima request via SMS dan memudahkan pendengar untuk berinteraksi. Tidak perlu susah-susah putar parabola dan scan otomatis siaran. Kita hanya perlu menegakkan antena kecil didekat radio dan memilih siaran sesuai frekuensi. Bahkan sekarang sudah sangat mudah, yaitu putar radio via handphone.

Ini agaknya mengajak kita kembali ke masa-masa tradisional. Masa dimana sedikit keluh, banyak manfaat, dan menghibur. Coba saja tayangan televisi saat ini mengadopsi siaran radio. Kita kedepankan nilai edukasi. Bukan berarti "membenci" siaran hiburan, melainkan keluhan karena "hiburannya" makin fana.

Hiburan boleh saja, tapi jangan keterlaluan. Begitupun dengan sinetron, ftv, dan sejenisnya. Kalo itu-itu saja setiap menit, bagaimana televisi bisa menjadi media yang bermanfaat? Bukannya bernilai edukasi, malah membuang-buang waktu dan menghabiskan pulsa listrik saja.

Belum lagi pengaruhnya kepada televisi bertajuk edukasi. Makin kesini makin terpinggirkan dan kurang perhatian. Memang, sebaiknya televisi edukasi juga mesti menyisipkan hiburan dan humor untuk daya ketertarikan penonton.

Rasanya masih lebih seru mendengar radio daripada nonton televisi edukasi ataupun televisi hiburan. Karena radio tidak "keterlaluan".

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun