Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

KPI "Tergoda" Sensor dan Prank

13 Agustus 2019   23:59 Diperbarui: 14 Agustus 2019   16:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Prank. Gambar dari WartaBromo.

"Duduk sebentar di ruang keluarga dan menatap televisi, ternyata membuat mata kita perih. Padahal sudah pakai kacamata anti radiasi. Kok masih perih? Ternyata berbagai tayangan telah men-distorsi mata, pikiran, bahkan hati."

Pelik dan runyam diri kita menanggapi tayangan dari berbagai media, yang semakin hari semakin tidak jelas. Tidak jelas apa edukasi-nya, tidak jelas apa maslahat-nya, bahkan tidak jelas jalan ceritanya. Agaknya, berbagai tayangan di setting agar orang penasaran dengan ending-nya, padahal semua hanya semu. Jika terus seperti ini bagaimana kita mau mewujudkan sila ke-2 Pancasila? Ya, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Bagaimana caranya kita mau menyempurnakan adab, moral, dan akhlak jika tayangan yang ditonton sehari-hari adalah kekerasan, bahkan alay, lebay, dan aduhay? Belum lagi dengan keberadaan berita dan opini-opini yang memancing permusuhan dan celaan. Kan nambah-nambahin dosa penonton saja! Huuuufh.
Lalu, kepada siapa kita akan berkeluh? Ya. Pergilah dan laporkan ke KPI.

Sebagai lembaga utama yang mengatur sistem penyiaran di Indonesia, KPI memegang peranan penting nan krusial. Mereka sejatinya punya tugas, wewenang, dan kewajiban utama. Lantas, apakah dari sekian tugas, wewenang, dan kewajiban ini tontonan kita jadi bermaslahat? Atau malah sekedar susunan AD-ART organisasi saja? Atau malah hafalan saja? Atau malah hanya visi dan misi di baliho dekat tulisan "Welcome" di pintu depan Lembaga saja?

Sungguh tak henti-hentinya berkeluh. Tentu saja para penonton siaran tidak hanya berkeluh, melainkan punya harapan besar agar tontonan mereka menjadi lebih berkualitas. Tapi lagi-lagi ini adalah kesenjangan antara das sollen dan das sein. Bukan sekedar pengertian dan pernyataan tekstual, melainkan kenyataan. Tentu kita sering jumpai tayangan-tayangan berikut:

 Muak Dengan Gosip dan Privasi Orang!

Konsumen alias penonton sekarang di rundung kemuakkan tayangan. Beberapa kali dijumpai tayangan hiburan bertajuk gosip dan isu panas artis. Dan beberapa kali pula kita jumpai kisah-kisah keseharian artis, dari mulai dia bangun tidur, gosok gigi, cuci muka, berhanduk, hingga lembur kerja. Hello? Apa untungnya kami nonton hal-hal seperti itu!

Uniknya, tayangan seperti itu malah sering jadi trending topik dan memiliki rating yang tinggi di kancah pertelevisian Indonesia. Miris! Dan disaat itu juga televisi bertajuk edukasi semakin rendah ratingnya karena di tinggal penonton. Padahal nilai maslahatnya tinggi.

Area "Sensitif" di Sensor, kok bikini dibiarkan?

Sudah panaskah? Mari minum air hangat segelas dan kita lanjutkan peliknya kenyataan ini. Hehe
Anda sering nonton film Barat? Kartun? atau animasi? Ya. Pada film-film produksi Barat sering kita jumpai para wanita dengan pakaian-pakaian "seadanya" dan "sensitif". Wajar saja, bagi mereka itu adalah kebiasaan dan itu sah-sah saja bagi mereka. Beda hal dengan kita, sungguh makin berkurang dasar pakaian wanita, makin bertambah godaan duniawi.

Ini kiranya yang menjadi perhatian KPI dan melakukan tindakan berupa blur dan sensor area "sensitif " wanita. Dengan cara ini, diharapkan tayangan film tetap bertajuk "lulus sensor" dan di nikmati oleh konsumen di Indonesia. Tapi apakah berpengaruh dengan pengurangan perilaku "maksiat" para konsumen?
Sungguh! Jawabannya adalah tidak. Sekali lagi tidak, dan berkali-kali tidak. Hampir setiap saat kita terima berita pemerkosaan, pelecehan, sodomi, dan kekerasan seksual lainnya. Tidak tanggung-tanggung, pelakunya berasal dari kerabat, keluarga, bahkan orang tua kandung sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun