Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Haruskah "Bayar" untuk Nonton Sepak Bola Tanah Air?

13 Agustus 2019   14:05 Diperbarui: 21 Agustus 2019   18:59 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siaran Televisi di acak. (info-satelit-tv.blogspot.com)

Pandangan kami di sini mulai minus bahkan kabur, gelap gulita. Padahal kami cinta bola, tapi mereka satu per satu mulai melarikan diri dari tatapan.

Saya dulu  adalah penggemar Barcelona, tepatnya pada tahun 2010-2012 lalu. Tampak masih ada David Villa, Lionel Messi, Xavi, dan Iniesta menghiasi starting line up Barca di hampir semua pertandingan. Saya langsung jatuh cinta dengan permainan tiki-taka yang diusung oleh Pep Guardiola waktu itu.

Hampir setiap weekend saya memaksa diri untuk bangun dini hari, demi menonton pertandingan bola. Tak ada gundah, biarpun kalah. Karena begitu senang bisa menyaksikan siaran langsung sepakbola tanpa "disensor" ,tanpa  "diacak" dan tidak berbayar. Liga elite Eropa lagi! Tentu saja akan jadi perbincangan hangat setiap Senin pagi setelah upacara. Hmm, waktu itu saya masih SMA.

Bukan hanya liga elite Eropa, ternyata Liga Indonesia yang waktu itu masih bertajuk ISL (Indonesia Super League) juga ditayangkan gratis oleh televisi swasta. Tak heran, menjelang sore hari saya mulai standby di depan televisi berteman dengan kopi panas.

Jika halnya menonton liga-liga Eropa banyak suntuknya, berbeda dengan liga Indonesia. Nyentriknya banyak, dan yang paling seru adalah komentatornya. Jelas saja, bahasanya Indonesia. Hehe

Karena seringnya nonton ISL waktu itu, hampir semua pemain andalan klub saya hafal. Saya masih ingat bagaimana skill seorang Gustavo Lopez di Persela, Keith Kayamba Gumbs di Sriwijaya, hingga kedatangan Greg Nwokolo di Pelita Jaya.

Ajang Timnas tanah air juga sangat di nanti-nanti. Meskipun waktu itu kecewa kebobolan 10-0 oleh Bahrain saat kualifikasi Piala Dunia 2014, tetap kami dukung dan doakan. Terang saja, pada siapa kami mau menuntut. Toh persepakbolaan kita pada waktu itu sedang kena sanksi. Akhirnya, skuad yang turun cuma kelas "dua".

Ya itu sudah masa lalu, kenangan yang indah untuk berbagi. Tidak seperti sekarang, sungguh pelik dan gusar keadaannya. Beberapa kali, kita sebagai rakyat pinggiran yang cinta bola memaklumi dan berkata dalam hati: "Wajar liga-liga Eropa dan Champions League disensor, mungkin biaya siaran dan produksinya mahal. Liga Indonesia dan laga Timnas saja sudah cukup menyenangkan".

Tapi, sepertinya pemakluman kami di pelosok ini semakin mengendus duka. Tahun 2017 kalo tidak salah, liga Indonesia sudah pake "enkripsi" dan mulai berbayar. Gara-gara itu, muncullah siaran gelap gulita pada jam-jam siaran bola Liga Indonesia. Sehari, dua hari, bahkan seminggu kami masih memaklumi. Kami beranggapan mungkin sinyal sedang gangguan, atau televisi dengan dalam perbaikan.

Lama-kelamaan menanti tayang, ternyata tetap siaran gelap gulita. Ahh sudah, mulai hari itu banyak sekali celaan, makian, hingga umpatan kami rakyat pelosok kepada pemerintah. Bertemu teman dan kerabat sesama pecinta bola dan timnas, mulai bahas sensor. Lagi rapat, bahkan musyawarah desa, juga tak luput dari bahasan sensor.

Terang saja, hiburan kami satu-satunya dicabut paksa! Eh, kan banyak sinetron, FTV, atau serial laga? Jujur saja, makin lama makin alay, lebay, dan tak mengedepankan mutu! Siapa yang mau terus-terusan nonton gosip, isu, dan kehidupan pribadi artis? Huhh, kadang hanya menambah dosa saja.

Walau masih banyak keluh, tapi setidaknya hiburan kami waktu itu masih ada. Yaitu event pertandingan Timnas. Walaupun hanya kelas ujicoba, AFF, dan Sea Games. Timnas tetap kami tunggu.

Beberapa kerabat yang dekat kota juga sudah mulai memasang saluran TV Kabel dan parabola berbayar. Kami kok tidak? Apalah daya kami, penghasilan yang sebatas cukup dan saluran kabel telepon yang belum ada.

Sesekali, jika ada event Timnas atau pertandingan besar lainnya, kami berkumpul dan menginap dirumah tetangga dan kerabat. Hanya untuk bersama duduk ceria dan berteriak soal bola. Kadang jam 2 dini hari kami masih teriak. Beruntungnya tuan rumah menanggapi dengan "masa bodoh". Wajar, karena mereka juga suka bola. Hehe

Dan, apa kabar sekarang? Sungguh tragis! Kami sama sekali tidak bisa menonton Timnas negeri sendiri. Kami ditinggalkan oleh beberapa televisi swasta yang upgrade diri menjadi premier.

Tepatnya pada ajang piala AFF U18 yang sedang berlangsung beberapa waktu lalu. Siapa yang tidak ingat dengan rombongan Bagas Bagus, Sutan Zico, hingga Rendy Juliansyah. Permainan mereka sangat memukau, hingga membuat kita jatuh cinta.

Laga pertama dan kedua, saya tidak sempat nonton walau streaming. Tapi laga ketiga kemarin, tepatnya melawan Laos, saya ingin menonton dan segera mencari linknya melalui laptop. Beberapa kali saya cari-cari, akhirnya ketemu. Dan benar saja, jika mau nonton harus buat akun kemudian "bayar" dulu!

Sungguh menyakitkan dan kesal saya waktu itu. Pikir saja, kuota saja sudah mahal, ditambah lagi harus bayar untuk streaming. Pilihannya mau 1 hari, 7 hari, 1 bulan, bahkan 1 tahun, dengan nominal yang cukup mahal. Mahal donk, tentu saja. Namanya bayar, meski 1.000 rupiah tentu mahal. Apalagi untuk nonton Timnas negeri sendiri.

Hebatnya pula, kolom komentar pada siaran streaming tersebut diprivasikan. Coba saja jika tidak, maka sungguh dan yakin akan terlihat komentar celaan dan maki-maki dari netizen. Sungguh, hal seperti ini "memaksa" kekacauan warga "sepak bola" tanah air.

Di antara beribu kesah ini, kami punya harapan. Sebagai bangsa yang cinta dengan tanah air, tidak mungkin kami mendoakan agar Timnas kalah, Timnas hancur, Timnas terpecah. Doa kami murni dan jelas untuk kemajuan dan kesuksesan Timnas dalam berlaga.

Dan jika boleh, kami ingin menyelipkan harapan, mudahkan jalan kami untuk melihat para pejuang negeri ini. Dan hiburlah kami di kala senggang.

Salam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun