Mohon tunggu...
Ozan Damansara
Ozan Damansara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang memiliki hobi traveling sekaligus menulis berita tentang tempat yang sudah saya kunjungi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Masyarakat Hindu Jawa di Kabupaten Pekalongan

2 Oktober 2023   21:30 Diperbarui: 2 Oktober 2023   21:39 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi mahasiswa UIN gusdur pekalongan (Dokpri)

Kabupaten Pekalongan merupakan sebuah daerah yang kaya akan tradisi, budaya, dan masyarakatnya yang kreatif, dengan industri batik yang namanya sudah tersohor hingga ke penjuru negri. terlepas dari segala pesonanya, kabupaten pekalongan  memiliki keragaman agama yang mencerminkan keragaman sosial masyarakatnya. Salah satu agama yang memiliki keunikan tersendiri di wilayah ini adalah Hindu. Mempelajari Hindu Jawa di Kabupaten Pekalongan dari perspektif sosiologi komunikasi membuka jendela yang menarik untuk memahami bagaimana komunikasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh dinamika agama dan budaya.

Linggoasri merupakan desa yang terletak di kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan, berjarak 18,5 km. dari pusat pemerintahan kota kajen, tidak cukup jauh jika ditempuh menggunakan sepeda motor lantaran letak desa yang berada di samping jalan utama. Suana alam yang asri membuat desa linggoasri dikenal sebagai tempat yang menarik untuk dijadikan destinasi wisata.

Sebagian besar masyarakat desa Linggoasri menganut agama islam dengan dan sisanya agama hindu, budha dan Kristen, masyarakat Linggoasri menggunakan prinsip-prinsip toleransi dalam setiap hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan, seperti pada acara perayaan kegamaan dari umat hindu yang memperbolehkan umat dari agama lain untuk ikut bergabung dalam rangka meramaikan acara tersebut.  

Di dalam desa linggoasri terdapat lima dukuh dimana di setiap dukuh nya terdiri dari latar belakang dan keyakinan yang beragama, kelima dukuh tersebut antara lain : a) dukuh Bojonglarang, dengan penduduk yang berjumlah 213 orang yang mayoritas menganut agama islam. b) dukuh Sadang, dengan penduduk yang berjumlah 597 orang, mayoritas menganut agama islam dan hanya dua orang yang menganut agama hindu. c) dukuh Linggo, dengan penduduk yang berjumlah 507 orang terdapat 223 warganya yang beragama hindu, 281 beragama islam, 2 orang beragama budha, dan 1 orang beragama katolik. d) dukuh Yosorejo, dengan penduduk yang berjumlah 402 orang, 20 orang beragama hindu, dan 382 bergama islam. Kemudian, e) dukuh Rejosari, dengan penduduk berjumlah 296 orang dan hanya 5 orang penganut agama Hindu.

Identitas agama individu dan komunitas Hindu Jawa di Desa Linggoasri Kabupaten Pekalongan, merupakan hasil dari berbagai faktor historis, sosial, budaya, dan agama yang telah memengaruhi mereka selama berabad-abad. Identitas agama Hindu Jawa di daerah ini merupakan bagian integral dari warisan budaya Indonesia yang kaya. Sosiologi komunikasi memeriksa bagaimana komunikasi memengaruhi struktur sosial, budaya, dan interaksi antara individu dalam masyarakat.

Corak karakteristik agama Hindu Jawa di Desa Linggoasri sangat dipengaruhi oleh budaya Jawa. Budaya Jawa memiliki ciri khasnya sendiri dalam praktik agama Hindu, seperti upacara adat, tarian, musik, dan seni yang mencerminkan nilai-nilai agama Hindu. Seperti pada acara festifal ogoh-ogoh yang sebagian besar masyarakat yang ikut mengenakan pakaian adat jawa.

Masyarakat hindu linggoasri sangat paham akan nilai-nilai moderasi beragama, hidup bersama di tengah perbedaan menjadikan masyarakat linggoasri dikenal sebagai duta kampung moderasi beragama. Nilai – nilai toleransi sudah tidak perlu diajarkan lagi kepada mereka karena prinsip-prinsip toleransi sudah di tanamkan oleh kakek nenek bahkan leluhur mereka

dokumentasi, wawancara dengan pak taswono (tokoh umat hindu linggoasri) Dokpri
dokumentasi, wawancara dengan pak taswono (tokoh umat hindu linggoasri) Dokpri
“kami masyarakat linggoasri, itu dari dulu sudah bisa menerima perbedaan, dari orang tua kami, leluhur kami, pendahulu pendahulu kami semua itu sudah terbiasa dengan perbedaan. Jadi perbedaan itu sudah menjadi kodrat hidup yang tidak bisa kita tolak, jadi kami tidak pernah mempermasalahkan, bahkan, dalam setiap keluarga juga ada yang berbeda keyakinan.”  Kata Taswono, sebagai tokoh umat Hindu linggoasri.

Hubungan solidaritas masyarakat Linggoasri sangat terjalin dengan kuat, antara masyarakat Hindu dan Islam sudah seperti saudara sendiri dalam mendiskusikan atau melakukan suatu hal yang berhubungan dengan kepentingan desa, bahkan terdapat beberapa ritual ke agamaan dari umat hindu yang mengikut sertakan umat islam yang berkenan untuk ikut meramaikanya.

Bahasa dan simbol adalah alat utama dalam komunikasi. Masyarakat Hindu Jawa di Desa Linggoasri menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Selain bahasa, simbol-simbol dan lambang-lambang agama juga penting dalam komunikasi mereka. Misalnya, penggunaan simbol bernuansa hindu seperti patung-patung dan bangunan candi menjadi pembentukan simbol identitas mereka, atau penampilan busana dalam suatu upacara adat agama dapat berfungsi sebagai simbol-simbol komunikasi yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun