Rendahnya literasi di kalangan pejabat dan politikus dapat menimbulkan dampak signifikan terhadap proses pengambilan kebijakan dan pembangunan negara.
Kurangnya minat baca di kalangan pejabat juga memiliki dampak serius terhadap kualitas kepemimpinan dan kebijakan publik.
Tanpa landasan literasi yang kuat, pejabat akan kesulitan dalam menganalisis data, memahami isu-isu kompleks, dan membuat keputusan yang berbasis bukti. Keputusan yang diambil bisa jadi hanya berdasarkan intuisi atau informasi sepotong-sepotong, bukan hasil kajian mendalam.
Literasi yang rendah membuat seseorang lebih mudah termakan hoaks dan disinformasi. Jika pejabat tidak memiliki kemampuan untuk memverifikasi sumber atau berpikir kritis, mereka bisa membuat kebijakan berdasarkan informasi yang salah, yang berpotensi merugikan masyarakat.
Literasi yang rendah membuat seseorang lebih rentan terpapar dan menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian. Pejabat yang tidak memiliki kemampuan literasi digital dan berpikir kritis bisa saja membuat keputusan berdasarkan informasi yang tidak akurat, yang berpotensi merugikan publik.
Membaca buku tentang sejarah, ekonomi, dan politik dapat memperkaya perspektif dan membantu seseorang membangun visi jangka panjang. Kurangnya minat baca bisa membuat para pemimpin lebih fokus pada pencitraan dan popularitas jangka pendek daripada merancang strategi pembangunan yang berkelanjutan.
Tanpa literasi yang kuat, pejabat mungkin kesulitan dalam memahami isu-isu kompleks secara menyeluruh, menganalisis data, atau mengkritisi gagasan dengan logika yang sistematis. Hal ini bisa menghasilkan kebijakan yang kurang tepat, tidak berbasis data, dan tidak efektif.
Literasi, terutama literasi sejarah, politik, dan ekonomi, penting untuk membangun visi jangka panjang. Pejabat yang kurang literasi mungkin akan fokus pada sensasi politik jangka pendek daripada membangun strategi yang substansial dan berkelanjutan untuk kemajuan bangsa.
Rendahnya literasi pada pejabat dan politikus mencerminkan darurat literasi yang lebih besar di Indonesia. Mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan holistik, mulai dari menanamkan budaya membaca sejak dini hingga memastikan adanya akses dan fasilitas yang memadai bagi semua lapisan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI