Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Ketika Alam Toraja Merespon, Warga Memanen Duka

14 April 2024   19:46 Diperbarui: 16 April 2024   07:51 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Longsor di jalan Trans Sulawesi poros Toraja-Mamasa di kampung Palian, Bittuang. Sumber: Agus Bitse

Banyaknya korban jiwa karena terjadi di waktu warga sudah mulai terlelap tidur. Selain itu, kondisi juga masih selepas hujan sehingga aktifitas warga jarang yang ada keluar rumah. Di Palangka, satu korban yang selamat bukan karena kebetulan. Ia keluar sejenak untuk membeli rokok di kios terdekat. Sekembalinya, ia melihat bahwa sudah tak ada rumahnya. Sementara korban selamat di Pangra'ta' ikut tertimbun longsor. Namun sang ibu berusaha melepaskan diri dari himpitan longsor. 

Khusus di Palangka, banyaknya korban jiwa yang meninggal karena sebelum bencana datang, keluarga berkumpul satu sama lain untuk mengadakan semacam acara syukuran karena salah satu anggota keluarga yang merupakan seorang pelaut akan kembali berlayar. Mereka tertimbun semua dalam rumah sekitar pukul 10.30 malam.

Akibat sebaran bencana yang meluas di Tana Toraja, pihak Pemda Tana Toraja pun dibuat kerepotan melayani permintaan pertolongan. Beruntunglah, ada TNI dan Polri  yang selalu siap siaga membantu.

Mengapa bencana longsor besar-besaran seperti terjadi serentak di seantero wilayah Tana Toraja sepanjang bulan April ini? Sejumlah penyebab utama selain tingginya debit air yang dihasilkan oleh tingginya curah hujan bisa menjadi acuan. Selain itu, kontur tanah di tebing yang labil turut berkontribusi. Labilnya tanah bukan semata karena faktor alam, tetapi dampak dari campur tangan manusia, baik karena pengolahan lahan maupun karena mobilitas pembangunan.

Pertama, pelebaran dan pekerjaan jalan trans Sulawesi dan jalan kabupaten pada musim kemarau beberapa bulan sebelumnya membuat tebing dan tanah masih labil. Apalagi didukung oleh kondisi tanah yang berupa campuran pasir dan bebatuan. Sangat mudah untuk longsor. Kondisi ini terjadi di jalan poros Bittuang menuju Mamasa.

Kedua, sistim pertanian yang membuka ladang tanaman palawija juga berkontribusi. Pohon-pohon besar banyak yang sudah diterangkan diganti dengan tanaman jagung, bawang, kol dan jenis palawija lainnya. Tambahan pula, metode pemupukan dan penggunaan herbisida berbahan kimia ikut mendorong labilnya tanah. 

Minimnya pohon hijau membuat tanah tak kuat lagi menampung air hujan sehingga tumpah bersama lumpur dan membawa korban harta benda dan korban jiwa. Kondisi inilah yang ditengarai ikut berkontribusi atas terjadinya longsor besar di Palangka dan Pangra'ta'. Selain itu, pengaruh pelebaran dan pekerjaan jalan menuju objek wisata Pango-Pango yang melalui Kelurahan Manggau juga membuat akses jalan rawan longsor.

Kota Makale telah diterjang banjir beberapa waktu lalu. Longsor di mana-mana. Koni bencana tak mengenal lokasi dan letak geografis. Mau di pesisir, di lembah, dan digunung, bisa mendapatkan bencana yang sama dengan yang terjadi di dataran rendah.

Memang, barangkali alam sudah mulai tua dan bisa saja sudah takdir akan terjadinya bencana alam. Alam merespon perilaku kehidupan yang sudah tak seimbang dengan ketahananannya. Namun, tak ada salahnya untuk waspada dan peduli terhadap kelestarian alam sejak dini terlepas dari tingginya niat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun