Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Seorang Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Komeng dan Komedi yang Kini Bukan Sekadar Lucu-Lucuan

24 Februari 2024   17:06 Diperbarui: 25 Februari 2024   08:49 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret wajah lucu warga karena cerita kocak di sela-sela pemungutan suara pemilu 2024. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lucu, jenaka, dan humoris adalah salah satu kebutuhan orang yang datangnya sering kali tidak terencana. Spontan, penuh  refleks dan menghibur. Setiap saat terjadi aksi lucu lewat untaian kata, gerakan dan parodi. Setiap kelompok warga yang tengah duduk santai atau bekerja pun sering menampilkan aksi komedi. Gelak tawa riuh rendah, tingkah kocak mengocok perut dan ekspresi viral ala TikTok menyatu dalam skema dan alur yang tak terencana. Semua ini tertuang dalam satu kata komedi. 

Pada pesta demokrasi nasional tanggal 14 Februari 2024 yang lalu, selama masa pengawasan pemungutan suara dan penghitungan suara, saya banyak terhibur oleh aksi kocak warga di setiap TPS. Ucapan-ucapan menggunakan bahasa lokal Toraja bercampur dengan bahasa Indonesia diparodikan warga di sela-sela menunggu panggilan mencoblos. Kondisi yang sama terjadi manakala memasuki penghitungan suara. Gelak tawa banyak terjadi karena ulah warga yang mendadak jadi komedian pemilu. Sehingga secara tidak langsung, ada hiburan gratis di setiap TPS. 

Acara stand-up comedy yang banyak tayang di TV swasta nasional dan telah menghasilkan para komika yang sanggup mengocok perut penonton. Berseri-seri tayangan serupa telah menghiasi layar kaca pemirsa.

Kini, seorang Alfiansyah Komeng yang hampir dipastikan berhasil melenggang ke gedung parlemen nasional lewat jalur DPD RI Provinsi Jawa Barat lewat rekap real count KPU dengan perolehan suara fantastis akan segera mewujudkan sebuah visi misi mulia dari dunia seni. Komeng memiliki sebuah program unik nan lucu yakni memperjuangkan aspirasi penetapan hari komedi nasional. Lucu, ya, karena akan diperjuangkan oleh seseorang yang sudah lucu dari raut muka, gaya jalan apalagi komentar. Tetapi ini bukanlah tentang peresmian kelucuan nasional. Jauh di dalamnya memuat niat mulia untuk menjaga peradaban. 

Komedi boleh jadi telah banyak menyembuhkan jiwa-jiwa yang terpenjara karena rutinitas pekerjaan. Aksi komedian nasional telah memberikan hiburan yang merakyat. Lakon lucu para komedian pun sudah banyak dicontoh warga sebagai panutan yang bisa memperbaiki taraf hidup. Komika bermunculan tak sekedar kompetisi. Ada para komedian di baliknya yang  menjadi inspirasi. 

Ini bukanlah tentang lucu-lucuan semata. Komedi telah mewarnai perfilman tanah air sejak tahun 1990-an. Warkop DKI, serial Benyamin S. adalah sekian dari banyaknya film komedi lawas yang masih populer hingga kini. Sudah waktunya komedi memiliki hari khusus sebagai penghargaan atas kinerja para pendahulu dan pelaku komedi. 

Niat Komeng tergolong mulia. Penetapan hari komedi akan menjadi cikal bakal selebrasi apresiasi dalam rangka melestarikan budaya nasional. Bagi saya, komedi adalah bagian dari budaya itu sendiri. Budaya tak selalu serius dengan ritual, pemali dan balutan tradisi yang rumit. Budaya juga membuat komedi. Komedi ala budaya dapat dilihat dari tutur kata, logat, dialek dan gesture sebagai gambaran kehidupan warga lokal. 

Komedi tidak hanya serial lewat tayang TV. Tetapi komedi ada di setiap daerah. Narasi komedi dimiliki oleh semua kelompok etnis di tanah air. Sehingga dengan adanya hari komedi nasional, suatu hari nanti para komedian lokal daerah bisa bertemu dalam satu panggung sebagi ekspresi keanekaragaman budaya nasional. 

Selamat menanti perayaan budaya lewat penetapan hari komedi. Apresiasi buat Komeng yang menginisiasi program ini. Sekali lagi, ini bukan tentang lucu-lucuan. Komedi adalah kebutuhan bangsa ini yang perlu memiliki tanda resmi sehingga tidak hanya dipandang sebagai bagian kecil dari seni hiburan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun