Tak kalah unik pula, beragam opini berseliweran menjelang  tanggal 14 Februari. Ada yang pro dan pastinya ada pula yang kontra. Dari semua tensi pro dan kontra, yang paling menonjol adalah kaitannya dengan budaya barat dan budaya timur.Â
Secara khusus di daerah tempat saya mengais rezeki dan mempertahankan hidup, sehari menjelang Valentine Day, keluar edaran berupa surat resmi dari pimpinan daerah. Isinya tentang himbauan larangan merayakan Hari Valentine. Isi himbauan ditujukan kepada semua sekolah jenjang SMA/SMK/MA sederajat dalam satu provinsi.Â
Himbauan larangan ini tentu membawa muatan positif. Diantaranya semua siswa diwajibkan mengikuti literasi kitab suci selama satu jam sebelum pelajaran dimulai. Khusus bagi siswa Muslim, diperbolehkan untuk menghadirkan penceramah selama kegiatan literasi kitab suci. Sementara bagi pemeluk agama lain, dianjurkan melakukan kegiatan literasi menurut agama dan kepercayaannya. Pada surat himbauan tersebut tak lupa guru-guru diminta membuat dokumentasi berupa foto atau video yang selanjutnya dilaporkan kepada Cabang Dinas tembusan ke Kepala Dinas dan Gubernur.Â
Sementara itu pada jenjang TK/PAUD dan pendidikan dasar, bupati merilis surat perintah bebeapa hari sebelumnya tentang perayaan hari Valentine. Pemda secara khusus menyoroti tingginya angka bunuh diri di kalangan pelajar. Bupati dalam suratnya memerintahkan semua sekolah pada tanggal 14 Februari 2023 untuk melakukan ibadah khusus hari Valentine yang juga dikenal sebagai hari Kasih Sayang.Â
Rata-rata persekolahan di jenjang pendidikan dasar menggelar tenda dan panggung terbuka dalam merayakan Hari Valentine dalam bentuk ibadah. Oleh karena daerah saya dominan beragama Kristen dan Katholik, maka Hari Valentine hari ini menjadi hari sibuk khusus bagi banyak pendeta dan pastor dalam melayani ibadah di berbagai sekolah TK, PAUD, SD dan SMP.
Benar-benar unik, Valentine Day dilarang perayaannya oleh pemerintah, tapi rombongan ragam merek coklat di Alfamidi, Alfamart, Indomaret dan toko-toko lokal lainnya ludes.Â
Mungkin dilarang di sekolah tapi anak-anak masih melakukan acara tukar kado secara sembunyi-sembunyi. Bahkan di sekolah saya pun, jenjang SMA, ada postingan wali kelas mengadakan acara tukar kado dengan siswanya. Waduh bisa repot jika terendus hingga ke pusat kota provinsi.
Ya, terkait Valentine Day, maslah perayaan atau tidak dikembalikan ke pribadi masing-masing. Tak ada salahnya  merayakan, dan hal yang baik pula ketika di hari Valentine kita menunjukkan kasih sayang dalam kelaurga kita masing-masing atau dengan kerabat dan tetangga kita. Bisa pula dengan melakukan aksi pencarian dana dan memberikan donasi kepada yang memerlukan.Â
Dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan. Katakanlah aksi penanaman pohon, bersih-bersih sampah, donor darah, bedah rumah, Â atau doa bersama dibarengi konseling/pembinaan bagi generasi muda sebagai wujud kasih sayang kepada alam, bumi, dan sesama.
Sepertinya memang tidak relevan dalam dunia digital saat ini memberlakukan larangan pada hari Valentine yang nota bene sudah menjadi tradisi modernisasi. Apalagi ada lagu yang turut pula bergaung merdu di bulan Februari yang berjudul  "VALENTINE". Lagu ini dipopulerkan oleh Marthina McBride.Â
Berikut penggalan liriknya yang bagi saya salah satu yang membuat Valentine Day itu selalu dirayakan selain faktor makan coklat batangan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!