Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Profesor Malaysia Menjengkelkan, Bilang Masyarakat Akan Segera Lupakan MH370

26 Maret 2014   21:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:26 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13958174001498357733

[caption id="attachment_317209" align="aligncenter" width="566" caption="https://assets.kompas.com/data/photo/2014/03/24/2245298Keluarga-MH370780x390.jpg"][/caption]

Kebanggan Malaysia "penyok" dan ternoda akibat penanganan tidak profesional Pemerintah Malaysia terhadap hilangnya pesawat MH370. Demikian kesimpulan yang didapat jika membaca berita di kompas.com hari ini 26 Maret 2014 yang berjudul Malaysia Airlines MH370 Nodai Kebanggaan Malaysia.

"Kebanggaan Malaysia 'penyok' karena adanya tuduhan bahwa negara dan pihak berwenang tidak mampu menangani krisis dengan baik mengenai hilangnya penerbangan MH370," kata Wakil Ketua Kluster Politik, Keselamatan, dan Hubungan Internasional Majelis Profesor Negara Malaysia, Profesor Jayum Anak Jayan.

"Pihak berwenang Malaysia tidak mempunyai pengalaman menangani krisis dalam skala besar dan belum pernah mengalami dan tidak pernah menjadi sorotan media internasional dan sorotan dunia."

Seperti diketahui pesawat MH370 hilang sejak 8 Maret 2014, pesawat itu membawa 227 penumpang dari berbagai negara dan 12 kru pesawat. Dua-pertiga atau 152 orang dari 227 penumpang adalah warga negara Cina, termasuk kelompok 19 seniman dengan enam anggota keluarga dan empat staf kembali dari pameran kaligrafi dari pekerjaan mereka di Kuala Lumpur, 38 penumpang Malaysia. Para penumpang sisanya berasal dari 13 negara yang berbeda. Dari jumlah tersebut, 20 adalah karyawan dari Freescale Semikonduktor, sebuah perusahaan yang berbasis di Austin, Texas - 12 berasal dari Malaysia dan 8 dari Cina. Semua kru yang berjumlah 12 orang berkebangsaan Malaysia. Sumber disini.

Dua Profesor yaitu Profesor Jayum Anak Jayan (Wakil Ketua Kluster Politik, Keselamatan, dan Hubungan Internasional Majelis Profesor Negara Malaysia) dan Profesor James Chin (pakar politik dari Universitas Monash di Malaysia) itu pun berpendapat yang sama bahwa bahwa masyarakat akan segera lupa peristiwa hilangnya pesawat MH370.

Sungguh amat disayangkan dan menjengkelkan pendapat dua profesor Malaysia itu. Keduanya menurut saya sungguh meremehkan peristiwa kecelakaan yang menewaskan 239 orang, bahkan melukai keluarga korban. Bagaimana bisa segera melupakan peristiwa itu? Apakah mereka tidak membaca berita? Masih banyak pertanyaan terkait hilangnya pesawat itu. Tempat jatuh pesawatnya saja masih belum bisa diketemukan, bahkan mayat korban pun juga tidak jelas dimana kuburnya. Apalagi motivasi dan siapa penyebab hilangnya juga belum jelas dan sampai sekarang masih misterius serta masih dalam penyelidikan terus menerus. Sampai kapan penyelidikan ini akan berakhir juga belum bisa dipastikan, bagaimana kedua profesor itu menyatakan bahwa masyarakat segera melupakan peristiwa itu?

Peristiwa ini akan tetap teringat bahkan tercatat sebagai salah satu tragedi terburuk kecelakaan pesawat terbang dan Pemerintah Malaysia terburuk dalam menangani krisis ini.

Bahkan keluarga korban pesawat menuduh dan menyematkan predikat algojo dan penipu kepada Pemerintah Malaysia terkait krisis hilangnya pesawat MH370 tersebut. Disebut algojo karena Perdana Menteri Malaysia Najib Razak merilis sebuah pernyataan tentang nasib pesawat yang hilang tanpa ada bukti langsung.

"Sejak 8 Maret, saat mereka mengumumkan bahwa MH370 kehilangan kontak hingga hari ini, 18 hari berlalu dan selama itu pemerintah dan militer Malaysia terus-menerus mencoba untuk menunda, menipu keluarga penumpang dan seluruh dunia," kata pernyataan Komite Keluarga China

"Perilaku memalukan ini tidak hanya mengelabui dan menyakiti keluarga dari 154 penumpang (asal China), tetapi juga menyesatkan dan menunda tindakan penyelamatan, membuang sejumlah besar sumber daya manusia dan material serta kehilangan waktu berharga bagi upaya penyelamatan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun