Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Suami Minta Berhubungan Seks Pascalahir Anak Ketiga, Istri Alami Tekanan Mental

17 Juli 2019   10:27 Diperbarui: 17 Juli 2019   15:44 7104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: 123rf

Cak Lontong. Tolong. Kembali aku, tidak habis pikir. Padahal Cak Lontong kan nyuruh mikir. Ini loh ada seorang suami yang minta jatah rumah tangga pada istrinya. Pasti dikasihlah walau terkadang sakit. Namanya istri itu kan swargo nunut, neroko katut.

Mbok ya mikir kali ya. Istrinya itu, baru 2 bulan melahirkan bayi. Tubuhnya secara fisik dan mental pasti mengalami perubahan alias lelah bin belum pulih. Lah, habis mengandung dengan membawa jabang bayi kurang lebih 9 bulan bulan 10 hari (nggak bisa dititipin itu), apa nggak cuapek tenan. Apa nggak ada sedikitpun rasa kasihan bin cinta pada istri yang baru saja selesai menunaikan tugas mulia dan mengeluarkannya pun harus bertaruh nyawa. Mikir. Mikir. Mikir.

Lah, kalau dihajar terus apa nggak kelengar tu tempat. Padahal baru dilewati si jabang bayi. Istri pasti capeklah. Apalagi dipastikan selama 24 jam tidur tak nyenyak karena ingat terus dengan si jabang bayi. Belum lagi menetekinya. Kau pikir nggak sakit apa, kalau asi ada tetapi tidak dikeluarin.

Biyung-biyung, kalau sampai istri nekat ngapak suami, Ini bukan film horor atau cerita horor kan. Apa nggak gila. Gila yang dipicu dengan kegilaan suami minta jatah preman rumah tangga yang nggak mikir-mikir. Sang suami akhirnya dirawat di rumah sakit. Sang istri akhirnya kena pidana. (sumber berita).

Sumber: irishtimes.com
Sumber: irishtimes.com

Tulisan ini bukan misandria. Tulisan ini juga bukan misogini. Tulisan ini berusaha menganalisis relasi lelaki dan perempuan dalam kesemrawutan benang kusut ego lelaki dan perempuan agar menjadi gayeng.

Diduga sang istri kelelahan yang sangat amat dahsyat secara fisik dan mental. Anak sudah tiga. KB belum. La terus melayani. Kalau jebol dan jadi jabang bayi lagi apa nggak susah ngurus makannya. Ngurus pendidikannya. Ngurus kesehatannya.

Postpartum blues atau juga disebut baby blues syndrome memiliki ciri seperti mudah berubahnya suasana hati, menangis tiba-tiba dan sulit dijelaskan, marahan dan tidak sabaran, kurang tidur, cemas sendiri, kesepian dan secara mental rapuh (Norhayati et al., 2015). Lihat juga (Biaggi et al., 2016).

Sudahlah nggak usah bilang angka prevalensi penderita baby blues syndrome di negara berkembang dan juga di negara maju. Nggak usah pula nulis data mengenai tingkat ekonomi penderita baby blues syndrome. Ini kan bukan jurnal ilmiah. Hik.

Pesan penting yang ingin disampaikan adalah jangan sampai mendapatkan anak, rezeki, mendapat anak berarti dipercaya Tuhan, eh ini malah keluarga menjadi berantakan semua. Atau salah satu menjadi korban dari relasi laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Kalau itu sampai terjadi maka titipan Tuhan tadi siapa yang bertanggung jawab untuk mengurusinya.

Urusan saks seks saks seks memang bikin pusing kepala. Di satu sisi memang kebutuhan naluriah lelaki dan perempuan tetapi di sisi yang lain ada relasi yang harus diperhatikan dalam urusan sak seks saks seks.

Pakailah otak, gunakan untuk berpikir. Belajarlah dari nenek moyang jaman dulu. Dulu istri itu setelah melahirkan dirawat sampai 40 hari dengan berbagai macam jamu. Bukannya malah dihajar terus dengan permintaan jatah. Dipasangi stagen biar perutnya kencang atau kalau sekarang korset gitu.

Artinya istri itu memang diurusi. Disayangi. Dibantu. Kalau sekarang mah, lelaki itu akan bangga kalau membantu istrinya begadang mengurusi popok si bayi (beol dan kencingnya). Bahkan menggendongnya kalau menangis menggantikan sang istri yang lagi terlelap tidur.

Orang zaman gini itu, suami siaga sebelum melahirkan dan setelah melahirkan. I love you bukan hanya di bibir saja tetapi dalam tindakan. I do it for you, kalau kata Brian Adams.

Dulu waktu pacaran melihat orang melahirkan pernah dengar sang suaminya pesan sama perawat, tolong sampaikan pada kaki kupu-kupu untuk jangan dijahit semua. "Sisain". Itu dulu waktu di daerah perairan Pantai Timur Sumatra.

Please mikir dulu. Ingat situasi. Ingat kondisi. Jangan asal minta jatah rumah tangga. Apa sebelum kawin dan setelah kawin suami tidak mendapat pengetahuan ataupun adat budaya serta perawatan dan kondisi istri setelah melahirkan? Ayo dicari di dunia maya ataupun tanya ke bidan ataupun ke posyandu. Jangan malu. Jangan main-main ke dunia maya cuma nyari bokep melulu.

Makanya ikutlah sekali-kali menemani sang istri tercinta kalau periksa kehamilannya. Belajarlah dan ajak ngobrollah tenaga kesehatannya, biar nambah pengetahuan. Setiap masyarakat juga ada adat budaya pada masa kehamilan dan juga pasca kehamilan.

Monggo ini cuma urun rembuk agar relasi lelaki (suami) dan perempuan (istri) berjalan pada koridornya. Jangan ada lagi main bacok ataupun kapak. Dulu di daerah kami terkenal dengan senggol basah (baca: berdarah). Apa ia harus senggol basah kalau menyenggol suami atau istri sendiri? Kalau basah yang lain mau lah. Meong.

Referensi:

  • Norhayati, M.N., N.H. Nik Hazlina, A.R. Asrenee, W.M.A. Wan Emilin 2015. Magnitude and risk factors for postpartum symptoms: A literature review. Journal of Affective Disorders. 175, 34--52.
  • Biaggi, Alessandra, Susan Conroy, Susan Pawlby, Carmine M. Pariante 2016. Identifying the women at risk of antenatal anxiety and depression: A systematic review. Journal of Affective Disorders. 191, 62--77.

Salam Kompal
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra

kompal-5d2e946d0d8230456a6b3882.jpg
kompal-5d2e946d0d8230456a6b3882.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun