Aku paling senang memotret penduduk lokal. Aku paling senang memotret kehidupan. Aku paling senang memotret alam. Aku paling senang memotret adat budaya. Terakhir aku paling senang memotret perubahan alam dari malam ke pagi atau dari pagi ke malam.
Aku merasa dekat. Aku merasa alam ini diciptakan dengan kesempurnaan dan keindahan. Hatiku damai.
Kali ini ada perasaan yang sangat mendalam yang ada dalam diri untuk memotret Bukit Jempol yang berada di Kecamatan Merapi Selatan Kabupaten Lahat. Hati ini bertalu-talu. Potretlah! Potretlah! Potretlah!
Pergi ke Merapi Selatan tetapi tidak mendapatkan  view yang bagus. Padahal sudah  dicokoti nyamuk. Aku ambil fotonya malam. Sudah minta izin dan ditemani pula oleh orang dari Kecamatan. Hasilnya masih kurang gereget.
Aku ingin mendapat foto dengan suasana yang magis. Suasana sahdu. Suasana yang warnanya menggeliat.
Menulis kata menggeliat kadang bikin senyum karena tubuh memang cantik dan seksi kalau menggeliat. Alam kalau menggeliat adalah pada komposisi perubahan warnanya yang magis.
Kalau lagi terbang sore. Semburat jingga begitu cantik. Bahkan kalau lagi beruntung bisa melihat awan disangga oleh cahaya yang menyemburat indah.
Itulah yang menyebabkan aku paling senang terbang di pagi hari dan di sore. Aku kalau lagi beruntung mendapati pemandangan langit yang indah.
Ada yang menyarankan ke puncak Desa Pagarsari. Memang terlihat Bukit Jempolnya tetapi masih kurang gereget. Ada rasa di jiwa dan tubuhku yang bilang masih belum kuat perjuanganmu.
Turun dan kemudian naik lagi ke pelataran Mesjid MTQ, Kota Lahat memang terlihat jelas berpendar cahaya. Hanya, di waktu malam terlalu banyak cahaya yang mengganggu sehingga lensa kamera kalah, tak bisa menangkap Bukit Jempol.
