Si lelaki berkata, "dirimu memiliki filosofi hidup yang sederhana dan berusaha untuk menjadi manusia dan bermanfaat bagi sesama manusia".
Dirimu sudah mengajarkanku untuk melihat segala sesuatunya tidak dalam bentuk jadi tetapi melihat prosesnya. Terimakasih kau sudah memperlihatkan pagar bambu, mawar putih, bunga-bunga cantik lainnya. Rerumputan yang hijau menumbuhi halaman Puskesdes dan rumah dinas. Kau memagari dirimu dengan cincin setengah suku di jari manis kirimu.
"Aku mencintaimu apa adanya. Aku tak akan pernah membalikkan waktu untuk menyesali. Aku justru akan selalu menatap ke depan. Waktu belakang adalah pondasi untuk membangun cinta," kata si lelaki sambil memandangi gemintang di langit dan  milky  way nun jauh di sana.
Si lelaki pun meninggalkan si dokter di teras rumah dinas. Si lelaki berjalan ke Kantor UPTD Transmigrasi untuk istirahat.
Jalan di tengah desa itu menjadi pembatas malam. Sebelum terlelap di kantung tidur, si lelaki bersyukur karena diberi/diperlihatkan  scene kehidupan yang mewarnai kehidupannya kelak.
Salam Kompasiana
Base on true event.