Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dokter yang Mengajari Jangan Melihat Hasil

30 Maret 2018   10:54 Diperbarui: 31 Maret 2018   02:59 3465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: www.homestratosphere.com

Jalan menuju ke Puskesdes dan rumah dinas dokter bercabang yang diperkeras dengan susunan bata merah. Bata merah itu dikunci satu sama lain di pinggirannya dengan kayu-kayu.

Pagi sebelum praktek buka, dokter sudah menyaring air dari empat drum untuk mendapatkan air bersih. Air di daerah jalur, kuning dan asam. Belakang rumah dinas merupakan parit yang dijadikan sarana transportasi warga di kawasan transmigrasi ini.

Sebagian air bersih itu setiap pagi dan sore selalu disiramkan ke bunga-bunga dan rerumputan di halaman. Bunga-bunga itupun dibagikan bila ada warga yang minta demikian pula dengan rerumputannya.

Di samping kiri Puskesdes dan samping kanan rumah dinas sudah ditanami tanaman obat keluarga yang sebenarnya, pada dasarnya adalah bumbu dapur. Beberapa polybag yang merupakan bibit cabe dan bayam serta seledri masih tergeletak di pinggiran.

"Warga itu membutuhkan contoh dan panutan. Mereka akan ikut dan meniru bila kita memberikan contoh yang baik. Halaman depan atau samping itu bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Mereka butuh contoh," kata dokter pada si lelaki itu ketika akan memulai memperindah halamannya.

Matahari sudah berwarna jingga, ketika sayup-sayup dari Puskesdes terdengar suara tangisan bayi. Tak berapa lama, suara Adzan dari seorang lelaki juga terdengar syahdu dan indah.

Lampu petromak pun dinyalakan. Lampu dari bambu di halaman depan pagar juga dinyalakan oleh seorang pegawai Puskesdes.

"Seorang lelaki dengan sangat sabar menunggu kekasihnya yang sedang menolong orang melahirkan. Dan dia pasti menikmati rumput, bunga-bunga dan toga," kata si dokter sambil tertawa.

Si lelaki itu memandangi perempuan di depannya. Ada nampak kebahagian dari mukanya. Ada keringat di jidatnya yang sebagian tertutup poni ikalnya.

"Sudah lihat orang melahirkan. Sudah lihat orang kecucuk paku. Sudah lihat orang terkena parang. Sudah lihat orang digigit ular," begitulah hidupku selalu dikejar dan berkejaran dengan waktu untuk menyelamatkan orang.

Secangkir teh panas tanpa gula dan pisang goreng menemani kami yang kembali duduk di teras rumah dinas. Tiba-tiba aku mengajukan pertanyaan iseng pada si dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun