Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perang Kutu, Kontrak Mati dan Troli

15 Maret 2018   13:22 Diperbarui: 15 Maret 2018   13:30 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://blog.uvahealth.com

"Sayang, ayo bangun. Jangan tidur  mulu. Udara dingin di kebun jangan untuk tidur. Bangun!" sapa seorang perempuan yang sangat kukenal suaranya.

Semalam memang hujan deras mulai dari pukul 19.00 hingga pagi ini pun masih rintik. Cuaca dingin memang mengundang untuk lebih lama bergelung di dalam kantong tidur.

Punggung Bukit Barisan Sumatra memang sedang musim hujan. Apabila malam, kami yang ada di kebun pun  was-was. Takut tanah longsor.

Pagi ini, suara istriku di  Taman S sejauh lebih 700 km dari Punggung Bukit Barisan Sumatra, membuat mataku yang rada-rada lengket karena ATM --ada tahi mata--  berusaha untuk membuka.

"Selamat pagi, sayang. Bagaimana pagimu?" sahutku.

"Rambutku gatel banget pagi ini. Beberapa hari lalu, Kayla juga mengaku rambutnya suka gatal, padahal setiap sore hari selalu keramas. Bahkan sepulang sekolah pun kalau badannya bau sangit aku langsung suruh mandi," kata istriku.

"Waduuhh. Mungkin kutuan  tuh!" celetukku.

"Auww... ampun...!" serunya terkejut.

Rambut bagi istriku adalah sesuatu hal yang sangat-sangat dijaga. Ia bersyukur karena walaupun sudah berumur lebih dari 40 tahun tetapi rambutnya masih lebat dan hitam mengkilap. Satu dua uban memang tumbuh tetapi dia tidak pernah men-treatment  apalagi mengecat rambutnya.

 "Coba cek dulu rambut Kayla pulang sekolah nanti. Jangan-jangan Kayla kutuan.  Hiiii...  Rambut ikalmu kalau kutuan susah nyarinya. Mana lebat lagi rambutmu," kataku.

 "Sudah nanti kalau Kayla pulang, rambutnya diperiksa dulu. Nah, sekarang mandi dulu dan carilah sisir kerep di toko serba ada di depan rumah.  Bapak mau kasih makan ayam dulu," sambungku sambil menadahi air hujan dan menghidupkan bara api untuk membuat kopi sekaligus bakar ubi kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun