Mohon tunggu...
Daniel Oslanto
Daniel Oslanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rasanya lebih sulit berganti klub kesayangan ketimbang berganti pasangan (Anekdot Sepakbola Eropa) - 190314

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bila Harus Jujur Tentang Rio

8 Februari 2016   13:13 Diperbarui: 22 Februari 2016   09:10 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir berdengung kisah kesempatan Rio Haryanto berlaga di ajang balapan roda empat paling bergengsi di dunia, Formula-1 (F1) berada di ujung tanduk. Hal ini dikarenakan pihak Rio tidak mampu menyediakan dana awal, semacam “DP” yang harus dibayarkan kepada tim pabrikan Manor (Marussia), yang tertarik kepada Rio, sesuai dengan deadline yang ditentukan (jumat lalu). Besaran yang harus dibayarkan sekitar €3 juta (sekitar 46 milyar rupiah), sisanya sebesar €12 juta (sekitar 186 Milyar) bisa menyusul. Rio sendiri sudah mengantongi dana sebesar € 1juta (sekitar 15,3 milyar rupiah) dan perlu mencari sisa € 2 juta.

Sebenarnya, pihak pemerintah melalui kemenpora sudah “mengiyakan” mendukung kiprah Rio menuju F1 dengan berjanji menyalurkan dana dukungan sebesar 100 Milyar rupiah. Demikian pula pihak Pertamina, yang bersiap mengucurkan dana sekitar 79 Milyar rupiah untuk mendukung Rio tampil di F1. Namun, proses pencairan dana ini tidaklah cepat mengingat birokrasi yang harus dijalani akan memakan waktu yang tidak singkat, sementara deadline pembayaran semakin dekat. Meskipun Rio telah melewatkan deadline pembayaran, namun Marussia baru akan mengumumkan keputusannya pekan ini.

[caption caption="(Rio Haryanto, pembalap Indonesia yang terancam gagal tampil di F1. (Kompas))"][/caption]

Pihak Menpora sendiri telah meminta maaf apabila Rio gagal tampil di F1. Kepala Komunikasi Publik Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S Dewa Broto mengakui bahwa pihaknya tidak mempunyai solusi mengenai pembayaran uang muka. Padahal Jumat malam kemarin merupakan batas akhir pembayaran uang muka tersebut. Berikut pernyataan dari pihak Menpora, yang disandur dari salah satu media.

"Kemarin saya sudah komunikasi dengan Ibunda Rio, Bu Indah. Intinya memang kami akui malam ini adalah deadline apakah rio jadi atau tidak ikut F1. Memang ada kendala untuk pembayaran DP," ujar Gatot kepada wartawan di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Jumat (5/2). Gatot mengungkapkan hingga saat ini, Rio baru punya uang 1 juta euro atau Rp15,3 miliar dari 3 juta euro yang dibutuhkan. "Sisanya yang 2 juta euro atau sekitar Rp30,6 miliar tidak ada kejelasan," ungkapnya. Lebih lanjut, gatot mengatakan bahwa pihak Rio sudah pasrah bila gagal berkiprah di F1. Kemenpora pun mengucapkan permintaan maaf.

Sebenarnya, sikap yang ditunjukkan oleh Kemepora sudah sangat “sportif”. Mendukung dan mengusahakan cara agar Rio bisa tampil di F1. Ketika usaha tidak seperti yang diharapkan, ada itikad baik dari kemenpora untuk meminta maaf. Sebenarnya, terkait dukungan pemerintah kepada Rio sudah mengundang beragam opini pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pernyataan dari Pihak Rio, seperti halnya sang Ibu, Indah Pennywati yang kecewa terkesan “menyesalkan” keadaan ini.

Indah Pennywati mengungkapkan, Rio hanya bisa menerima nasib andai dia gagal balapan di Formula 1 (F1). Indah mengungkapkan, Rio sudah berusaha maksimal agar bisa memenuhi impian tersebut.
"Kecewa itu pasti. Tapi ya sudah. Yang penting sudah maksimal berbuat bagi negara,"

Bila harus jujur…

Bila harus jujur, Seharusnya pihak Rio mengapresiasi sikap pemerintah yang berusaha, dimana dalam hal ini adalah Kemenpora. Namun, alih-alih memberikan apresiasi, pihak Rio terkesan kecewa dengan gagalnya usaha pemerintah. Seolah-olah, karena kegagalan pemerintah menyediakan dana dukungan sesuai dengan tenggat waktu, peluang Rio tampil di F1 menjadi sangat kecil. Dalam pandangan saya secara personal, ada sedikit asumsi “sesat” dalam hal ini.

Bila harus jujur, F1 adalah kompetisi paling bergengsi di dunia balap mobil. Hanya ada dua pilihan bagi anak muda untuk memasuki kompetisi balapan ini. Pertama , seorang pembalap itu harus benar-benar “wonderkid”. Hal ini ditunjukkan oleh Max Verstappen, seorang remaja berusia 17 tahun yang akan menjadi pembalap Torro Rosso Ferrari. Pemuda Belanda ini pada musim pertamanya di Formula Three (F3), berhasil finis di peringkat ketiga klasemen. Hal ini membawanya menjadi pembalap tim junior Red Bull. Enam hari kemudian, Verstappen menjadi pembalap Scuderia Torro Rosso menggantikan Daniil Kvyat yang dipromosikan ke tim Red Bull. Seperti halnya Verstappen, Danil Kvyat, yang berusia 21 tahun menjadi pembalap termuda setelah Vettel,  yang menggapai podium di F1 tahun lalu. Pada tahun 2012, dia menjadi runner-up Eurocup Formula Renault 2.0, menjadi juara di GP3 Series Championship di 2013. Pada 2014, bergabung dengan Torro Rosso (F1), dan berhasil meraih poin pada Gran Prix (GP) Malaysia, China, Inggris dan Belgia. Hal yang sama juga terjadi pada Kevin Magnussen, 23 tahun, yang menjadi juara Formula Renault 3.5 Series pada tahun 2013 dan kemudian dikontrak oleh tim F1 Mclaren Mercedes pada 2014. Debutnya di F1, Magnussen meraih podium ke-2 di GP Australia. Bila menilik ketiga pembalap, terdapat sebuah kesamaan. Ketiganya mencatatkan progres mengejutkan dalam setiap kejuaraan yang mereka ikuti. Tak ayal, mereka dilirik dan jadi “rebutan” di F1.

Kedua, menjadi pembalap yang bisa membayar. Ini adalah sebuah kondisi dimana pembalap diminta membayar sejumlah uang melalui kesepakatan si pembalap dengan sponsor. Inilah sebenarnya opsi yang ada pada Rio. Pada 2008, hanya Andria Sutil yang menjadi pembalap yang membayar. Pada 2012, ada enam pembalap yang membayar. Di daftar teratas ada nama Pastor Maldonaldo yang menjadi pembalap Williams. Maldonado didukung oleh perusahaan minyak Venezuela, PDVSA. Maldonado dikabarkan membayar £ 45 juta untuk menjadi pembalap Williams. Rekan setimnya, Bruno Senna”membayar” £ 12 juta setelah mendapatkan dukungan dari perusahaan minyak raksasa Brazil, Eike Batista. Caterham memberikan satu kursi pembalap kepada Vitaly Petrov setelah didikung dana £ 12 juta. Sergio Perez didukung oleh perusahaan tambang emas Mexico, Narain Karthikeyan dan Charles Pic, masing masing menyumbang £ 5 juta. Pada tahun 2015, Sauber mengganti pembalap mereka, Sutil dan Esteban Guiterrez dengan Felipe Nasr dan Marcus Ericcson karena kedua pembalap berhasil mendatangkan dana dari sponsor.  Jadi bila harus jujur, bila kamu tidak cukup baik untuk membalap bersama tim menengah ke atas di F1, kamu masih bisa membalap dengan cara membayar kepada tim gurem F1. Sesederhana itu.

[caption caption="(Pastor Maldonado, "membayar" 45 juta pound untuk menjadi pembalap Williams pada 2012. (Hgmsites))"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun