Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia dan Perkembangannya

16 September 2020   10:59 Diperbarui: 16 September 2020   11:05 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah makhluk atau binatang yang berakal budi. Keberakal-budian membuatnya berbeda dari yang lain. Ciri khasnya  menjadi jelas, memiliki kemampuan untuk berpikir, merasakan, mencari dan memahami segala yang ada di luar dirinya. Dia memiliki watak ataupun sifat, itupun menjadi kumpulan corak pun suatu rangkaian bentuk dinamis yang khas baginya. Dengan kata lain keberadaan watak-pemikir, memungkinkan pembedaan manusia secara pasti dan mutlak terhadap yang lain.

Terlepas dari akal budi, manusia juga memiliki badan dan jiwa. Badan dan jiwa merupakan dua subtansi yang berbeda. Badan akan hancur tetapi jiwa tidak. Badan selalu dikatakan sebagai penjara jiwa. Persoalan tersebut kemudian membawa manusia pada satu permenungan akan eksistensi dirinya. Bagaimana ia dikatakan ada jika ia tidak memiliki sebab, bagaimana ia dikatakan ada oleh sebab yang mengadakannya. Para filsuf mencoba menjawab dan menemukan eksistensi keberadaan itu hingga pada perkembangan manusia itu sendiri.

Manusia merupakan salah satu yang terpenting dalam semesta raya. Dia menjadi penting karena keunikan yang terletak pada unsur-unsur pembentuk dirinya. Sejak dahulu manusia selalu berpikir dan mencari tahu siapakah dia, dari mana asalnya, dan bagaimana dia berada. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan inilah maka permenungan akan eksistensi manusia mulai berkembang hingga saat ini.

Permenungan akan eksistensi manusia tidak berhenti pada pemahaman. Adapun persoalan yang mempengaruhi permenungan itu terutama pada saat sekarang ini tidak lain adalah cara penyajian tentang sebuah sintesis filosofis terhadapnya. Manusia membuka dialog dengan seluruh pemikiran filosofis historis baik klasik ataupun modern dan kontemporer. Serta dengan bentuk-bentuk pemikiran lain yang dinamakan ilmu pengetahuan manusia (human sciences)

Proses pembelajaran dengan ilmu yang telah diterapkan menghadirkan metode baru dengan prinsip diskusi. Metode ini,  diangkat sebagai salah satu sarana untuk menjawab problem-problem filsafat secara konkret berdasarkan pengalaman. Mengapa pengalaman menjadi begitu penting dan dibutuhkan?  karena pengalaman menjadi titik tolak dari  sebuah ilmu. Seluruh pengetahuan bertumbuh oleh pengalaman dan dari pengalaman, manusia mencoba untuk mencari yang lebih dari itu yakni kebenaran. kebenaran yang dimaksudkan adalah kebenaran empiris.

Kebenaran empiris menjadi ciri dasar dari permenungan filsafat. Sebab ilmu filsafat selalu mencari sesuatu yang dapat dimengerti dan diterima secara nalar dengan mengujinya berdasarkan nilai kebenaran yang ada pada obyek kajian itu sendiri. Oleh karena itu pada kesempatan ini, manusia mencoba menjelaskan apa itu "dia" manusia dan bagaimana ia dapat dikatakan ada dalam kosmos atau alam semesta.

   Manusia dan Perkembangannya:

Berawal dari penyelidikan evolusi manusia, menghadirkan suatu petualang yang menegangkan. Ia (manusia) membuka dunia silam yang sampai pada abad ke-20 sama sekali tertutup bagi dunianya sendiri. Persoalan-persoalan  menegangkan terjadi ketika ada sekelompok orang dengan berani dan berkorban nyawa mengungkapkan kebenaran tentang asal-muasal manusia. 

Hampir seluruh dunia mengetahui nama-nama ini, Eugena Dubois, Richard Von Koeningswald, Teilhard de Chardin ketiga sosok ini merupakan mereka yang pernah menyelidiki keberadaan manusia purba di indonesia. Penemuan mereka ada dalam bentuk fosil-fosil.

Fosil-fosil manusia purba ditemukan dalam keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan bentuk dan ukuran. Fosil-fosil ini berada pada timbunan tanah, dalam kurun waktu yang begitu lama. Sebuah proses bagaimana fosil ini dapat bertahan begitu lama tentu tidak dengan bantuan pengawetan secara moderen. Fosil dari makhluk hidup ini mengalami suatu pembentukan secara alami berdasarkan perubahan suhu alam. Dengan kata lain alam mempengaruhi pembentukan fosil-fosil manusia purba sehingga bertahan dari abad ke abad.

tercatat bahwa tahun-tahun penting penemuan fosil manusia purba, Pada tahun 1856; fosil pertama ditemukan di lembah Neandertal di Jerman, oleh karena itu disebut manusia Neandertal. penemuan ini dipelopori oleh Charles Darwin. Pada Tahun 1891 Dr. Eugene Dubois menemukan fosil yang jauh lebih tua dari manusia Neandertal. yaitu di desa Trinil Jawa Tengah. 

Manusia Trinil disebut Pithecanthropus eretus (kera-manusia yang dapat berdiri tegak). Berdasarkan perkiraan ia hidup antara 429.000 tahun sampai 236.000 tahun yang lalu. Dua penemuan ini seakan mengantar kita untuk mengerti seperti apa manusia itu sebenarnya. Apakah dia sudah berwujud seperti manusia sekarang?

Tentu bukan menjadi persoalan baru bagi umat manusia zaman sekarang. Charles darwin dan para krunya memberikan pengertian bahwa manusia adalah binatang yang mengalami evolusi tahap demi tahap hingga menjadi seperti manusia sekarang. Tentu ada benarnya juga dengan penemuan empiris seperti itu. 

Namun perlu diketahui bahwa keberadaan manusia adalah keberadaan yang absurd dalam dimensi historis ilmu pengetahuan dan teologi. Jika dalam agama dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Dia yang adalah pencipta tentu ada benarnya sebab itu dikatakan oleh agama sebagai ajaran iman.

Permenungan tentang keberadaan manusia tidak pernah mencapai titik akhir katika pencaharian itu terus berlanjut. Tetapi berdasarkan eksistensi dirinya manusia dapat menemukan bahwa ia  berada dalam satu sebab yang tidak kelihatan dan sebab itu adalah penciptanya (Causa prima). Penciptanya bukan binatang tetapi penciptanya adalah dia sendiri oleh sebab itu dia mengetahui eksistensi dirinya sebagai ada yang kelihatan dan ada yang bebas sama seperti penciptanya adalah bebas.

Pertayaan tentang manusia tentu tidak pernah terselesaikan. Manusia mempertanyakan eksistensinya ketika dia mengalami satu situasi yakni kesadaran. Ketika manusia sadar di saat itu ia merasa ia berada dan mengerti tentang dirinya. "Cogito ergo Sum" aku berpikir maka aku mengada. 

Kalimat ini menggaris bawahi eksitensi manusia, bahwa manusia sepenuhnya ada karena ada kesadaran yang menyelimuti dirinya. Dengan kesadaran, manusia dapat melakukan apa saja yang dipandang baik. Sehingga dapat dikatakan, manusia yang hidup dalam perkembangan saat ini adalah dia yang mencari, mengejar, menyerahkan diri, bermimpi dan menciptakan sejarah hidupnya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi manusia berasal dari penciptanya yang tidak kelihatan. Adanya manusia dikarenakan ada suatu sebab dan sebab itu adalah kesadaran. Manusia memiliki kesadaran, membuktikan bahwa dia memiliki akal budi yang membedakannya dengan binatang atau makhluk hidup lain. 

Sekalipun ada berbagai penemuan fosil di mana-mana untuk menentukan kelas manusia, hal itu tidak dapat mengubah eksistensi manusia. Manusia tetaplah dia yang memiliki nalar untuk berpikir, budi untuk merasakan badan yang menyatukan dan jiwa yang menghidupkan. Sekalipun manusia mengalami perkembangan yang pesat eksistensi manusia akan tetap sama. Dia-mencari, mengejar, menyerahkan diri, bermimpi, dan menciptakan sejarah hidupnya.

 

Daftar rujukan:

Dahler, Franz dan Eka budianta. Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Leahy, Louis. Siapakah manusia?, Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Ryanto, Armada. Menjadi mencintai, Yogyakarta: Kanisius, 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun