Mohon tunggu...
Orok Menes
Orok Menes Mohon Tunggu... -

Orok Menes adalah praktisi dan pemerhati pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ICT, IT, iCt or IcT?

5 Februari 2010   18:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Ketika kita bicara tentang ICT atau TIK untuk pendidikan yang kita lakan sebenarnya apakah ICT, IcT, IT atau iCt?"

yang mana menurut Anda?

Issu ini layak dijadikan sebagai bahan kontemplasi, khususnya bagi saya dan juga mungkin Anda yang bekerja sehari-hari sebagai praktisi dalam mendayagunakan TIK untuk pendidikan. Ketika bicara ICT untuk pendidikan secara sadar atau tidak kita memang sudah melupakan satu huruf yang berinisial "C". Sehingga walapun yang keluar dari mulut atau diatas kertas adalah "ICT", dalam prakteknya salah satu huruf tengah, yaitu "C" tidak lagi huruf besar melainkan huruf kecil atau "c" sehingga menjadi "IcT" atau bahkan huruf "C"-nya hilang menjadi "IT".

Betul ga? Betul apa bener yang sy tulis di atas?

Dalam konteks pembelajaran atau penerapan ICT untuk pembelajaran kondisi yang seharusnya adalah "iCt", dimana C lebih menjadi fokus perhatian ketimbang "I dan T"-nya itu sendiri. Mengapa demikian? Karena, ketika kita bicara pembelajaran intinya adalah berbicara "C atau Communication". Pembelajaran identik dengan komunikasi yang paling efektif, efisien dan menyenangkan antara guru dan pemelajar dan posisi "IT" sebagai penopang atau sarana untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan kemenarikan komunikasi/pembelajaran tersebut.

Mari kita buktikan mengapa secara sadar atau tidak sadar huruf "C" dalam "ICT" dikerdilkan atau justeru malah hilang sama sekali!


  • Cobalah tengok program pemerintah terkait dengan TIK untuk pembelajaran. Katakanlah JARDIKNAS, dalam program JARDIKNAS (Jejaring Pendidikan Nasional) yang lebih didahulukan adalah infrastructure first, content, kesiapan SDM dan lain-lain jadi urusan belakangan alias urusan nomor dua.
  • Cobalah lihat seorang guru di kelas. untk kasus sekolah yang sudah maju, katakanlah. disitu ada LCD projector plus laptop. Tapi apa yang dia lakukan? Dia gunakan LCD projector dan laptopnya untuk "mengajar". Ketika saya tanyaseorang guru, "Bapak tahu pembelajaran kooperatif? maka Ia menjawab, "Tahu". Tapi ketika saya tanya, "Bagaimana Bapak menerapkan atau memanfaatkan ICT untuk pembelajaran kooperatif tersebut?" Maka, Iapun menggelengkan kepala dan ga tahu harus bilang apa?
  • Tapi ketika saya tanya pada salah seorang guru swasta lain (ga usah disebutin ya sekolah mana) tentang hal yang sama. Dia bisa memberikan contohnya dengan baik. Saya gunakan search engine (google) agar anak-anak secara individu melakukan pencarian informasi tertentu, kemudian ia mengkomunikasikannya dengan kelompoknya dengan menggunakan fasilitas chatting. setelah itu, siswa secara kelompok berdiskusi (tatap muka) memecahkan masalah yang diebrikan guru tersebut secara bersamasetelah itu, masing-masing kelompok memperesentasikan hasilnya. Ada yang mempresentasikan dengan menggunakan MS Powerpoint ada yang mempresentasikan cukup di sehelai karton dengan mind map, dan lain-lain, ada yang mempresentasikannya dengan disadur kedalam sebuah lagu yang mereka kenal, dan lain-lain. Betapa indah pembelajaran yang mereka lakukan.



Contoh kesatu dan kedua, adalah contoh bicara ICT tapi sebenarnya adalah IcT. Contoh ketiga adalah contoh yang kurang lebih benar tentang penerapan ICT untuk pendidikan, dimana ICTnya itu sendiri hanya sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menyenangkan. Ingat, "technology is not the end. It is a mean to meet the enc."

Demikian, mudah-mudahan dapat memberikan pencerahan. Apa yang sy tuliskan di atas hanya analogi, jangan ada yang tersungging eh tersinggung, ya ....

SELAMAT BERDJOEANG!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun