Masker dan Kejujuran Puasa, Dibulan Ramadan penuh berkah ini walau ditengah pandemi covid 19 anak-anak dengan keceriannya tetap sperti hari biasanya bermain, bercanda disiang hari menghabiskan waktu hingga datang kumandang adzan magrib.
Disiang hari itu kududuk diteras rumah sambil menikmati segarnya semilir angin yang bertiup ditengah terik panas matahari. Dihalaman rumahku yang lumayan luas sering digunakan anak-anak berkumpul bermain bersama teman-temannya. Ada sebuah perdebatan ringan diantara anak-anak tersebut menggunakan bahasa Jawa logat Jawa Timuran yang khas, sebut saja mereka berdua Si Juki dan Si Gusi.
Si Juki tidak percaya kalau Si Gusi puasa, hal yang lumrah dalam pergaulan anak-anak sering bertanya kamu puasa atau tidak. Kebetulan saat itu anak-anak kebanyakan memakai masker sesuai pesan orangtua mereka agar selalu bermasker untuk mencegah tertular wabah covid 19. Kronologisnya begini Si Juki tidak percaya kalau Si Gusi puasa dihari itu, sebab Si Juki menemukan satu buah gula-gula jatuh dari saku Si Gusi, timbullah perdebatan macam ini :
Si Juki : " Gus Awakmu ga poso ya ? ( " Gus Kamu tidak puasa Ya ? )
Si Gusi : " Poso kog !! " ( " Puasa Kog " )
Si Juki : " Lha iki permenmu rutuh " ( Lha ini gula-gulamu jatuh .. " )
Si Gusi : " Iku munu permen karene maeng bengi, sumpah aku poso koq ! " ( " Itu gula-gula sisa tadi malam sumpah aku puasa koq " )
Si Juki : " Ga percaya aku, sih ayo bukaken maskermu !! " ( " Tidak percaya ayo buka masker kamu !! "
Si Gusi : " Emoh mundak dilokno ibuk mengko marakno kenek Covid " ( " Tidak mau nanti dimarahi ibu dan bisa kena covid ")
Si Juki : " Alah alesan, ga posoa ae " ( " Halah alasan tidak puasa saja " )
Si Gusi : " Poso temen aku poso...." ( " Puasa benar aku puasa ...")
Dari sinetron singkat trsebut ada sebuah fenomena menarik yang dapat kita urai dan ambil hikmahnya, ketidak percayaan Si Juki bahwa Si Gusi puasa dan ada masker yang bisa menyembunyikan seseorang puasa atau tidak.
Secara penampilan fisik orang yang sedang berpuasa akan terlihat mencolok pada kondisi bibir yang senantiasa terlihat kering. Masker menutupi kondisi tersebut, walupun tidak semua kondisi bibir mengering bagi-bagi orang yang menjalankan ibadah puasa, akan tetapi dengan masker kita tidak dapat mengetahui seseorang sedang menelan gula-gula dimulutnya, seseoran habis makan sepiring nasi goreng dan lain-lain.
Ibadah puasa adalah ibadah yang sangat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, sholat, membayar zakat dan haji ibadah yang bisa dilihat seseorang mengerjakan atau tidak sebab dalam ibadah tersebut ada tindakan fisik secara riil. Sedangkan ibadah puasa adalah ibadah menahan lapar dan haus, seseorang yang kondisi perutnya kosong karena menjalankan ibadah puasa tidak akan bisa diketahui orang lain, yang tahu hanya dirinya dengan Allah SWT. Walau ada masker yang bisa menutupi kondisi bibir berpuasa atau tidak namun tidak bisa menutupi bahwa dirinya berpuasa atau tidak dihadapan Illahi.
Dari ibadah puasa dibulan Ramadan ini dapat kita pahami bahwa Ibadah Puasa selain menjaga ucapan bibir dan hati namun juga merupakan latihan kejujuran pada diri hamba Allah yang menjalankan ibadah puasa. Sehingga endingnya nanti setelah sebulan ramadan akan menghasilkan rakyat yang jujur, aparat yang jujur, pejabat yang jujur dan pemimpin yang jujur sehingga negara ini rakyatnya akan menemui kemakmuran karena dikelola oleh orang-orang yang jujur jauh dari korupsi, kolusi dan nepotisme