Mohon tunggu...
Rohman Aje
Rohman Aje Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kau Bisa Memilih dan Punya Kendali Mengevaluasi Hati

26 Oktober 2020   20:53 Diperbarui: 26 Oktober 2020   21:09 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau Bisa Memilih dan Punya Kendali Mengevaluasi Hati

Alhamdulillah, puji syukur aku panjatkan kepada Tuhan YME atas nikmat yang diberikan berupa sehat secara jasmani. Betapa tidak, saya dilahirkan ke dunia 37 tahun yang lalu oleh Ibuku dalam keadaan sehat. Utuh secara jasmani, lengkap dan tidak cacat, baik fisik maupun mental. Dua di antara nikmat-nikmat luar biasa itu adalah anggota tubuh berupa kesehatan mata dan telinga.

Aku memiliki kedua bola mata yang sehat yang dapat melihat secara jelas tanpa rabun, sehingga tak perlu direpotkan alat bantu saat melihat, melirik, menengok ataupun membaca. Oleh karenanya, sebagai rasa syukur aku jaga mata ini. Bukan dengan pelindung kacamata, tapi saat ia lelah dan mengantuk, kumanja dengan isitrahat dan tidur.

Aku juga punya telinga dua, kiri dan kanan. Keduanya berfungsi dengan baik. Aku dapat mendengar suara dengan normal. Segala macam suara yang muncul masih dapat aku dengarkan dengan baik, jelas dan normal. Sebagai rasa syukurku, tak lupa dijaga dengan dibersihkan saat mandi. Aku juga tidak mendengarkan suara-suara tinggi memekik yang menyakiti gendang kupingku ini.

Ajakan untuk mensyukuri nikmat Tuhan berupa kesehatan badan mungkin menjadi hal yang mudah. Karena manusia cenderung menghindari sakit. Sehingga Dia otomatis akan menjaga dan merawatnya agar tidak berpenyakit.

Namun, mata dan telingaku ini tak dapat menembus fungsi pola pikir dan hati. Keduanya hanya sebagai organ tubuh untuk meng-input data dan informasi yang datang dari luar. Yang menerima, merespon dan mensikapi adalah pikiran dan rohani.

Inilah tantangan yang sesungguhnya. Bagaimana rasa syukur dapat mencapai relung hati. Kemudian ia diolah oleh pikiran sehingga menjadi sebuah kebaikan yang tercermin dalam perilaku dan tindakan.

Mengapa disebut sebagai tantangan? Sebab rasa iri hati, dengki, benci dan dendam akan terus ada menyeruak jiwa setiap individu. Belum lagi efek dari beberapa emosi negatif tersebut yang berdampak buruk. Efek dan dampak negatifnya di antaranya: sifat malas, "santai-santai", menunda-nunda dan cenderung menghindari masalah. Atau yang lebih buruk lagi muncul perilaku suka menjatuhkan, senang bila orang lain susah, bahkan tanpa sadar melaknat (mendoakan jelek) dengan sumpah serapah.

Aku tidak memiliki kekuasaan untuk merubah tingkah dan perbuatan orang lain yang kulihat dan kudengar yang dianggap "toxic". Itu semua di luar kendaliku dan bukan pilihan.

Kendati demikian, masih ada jalan lain yang masih bisa dipilih dan dapat dikendalikan. Aku dapat memilih hati ini untuk terbiasa merespon positif apa yang kusaksikan dan terkumandangi. Sehingga output yang berasal dari aura positif hasil olah pikir menciptakan energi semangat dan kepedulian terhadap orang lain maupun diri sendiri.

Tulisan di atas adalah penjabaran dari puisi dalam foto hasil jepretanku pagi. Berikut isi puisinya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun