Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Korea Utara, hingga saat ini secara resmi masih 'berperang dengan Korea Selatan,' tetap berada di/dalam kekuasaan Dinasti Kim, satu di antara segelintir Negara di Dunia yang melakukan pembatasan informasi. Apa-apa yang terjadi di Korut, nyaris tidak diletahui publik, sehingga untuk mengetahuinya maka perlu jaringan intel atau pun kamera mata mata yang canggih. Walau sepertu itu, Korut masih tetap misteri dan misterius, termasuk sosok Kim Jong Un, Sang Pemimpin Korut.
Dalam misteri dan kemisteriusan tersebut, yang paling menjadi perhatian Dunia adalah senjata dan pabrik serta kekuatan persenjataan Korut, termasuk kemampuan Nuklir mereka. Sehingga apa-apa yang dibangun Korut, dicurigai sebagai 'di dalamnya ada pengelohan serta pembuatan bahan baku senjata nuklir,' bahkan pabrik pupuk pun dicurigai ada pengayaan uranium.
Begitulah mata dan mata-mata Dunia melihat Korut; Korup dinilai telah berhasil melakukan swasembada senjata, termasuk nuklir, untuk angkatan perang mereka. Dengan itu, jika terjadi pertempuran, utamanya dengan Korsel, maka Korut tidak memerlukan pasokan senjata dari luar negeri, terutama dari Rusia, Negara-negara Ex Uni Sovyet, dan RRC.
Begitulah Dunia, terutama Amerika Serikat, menjadikan Korut sebagai musuh yang wajib diwaspadai karena sewaktu-waktu bisa memicu perang. Apa yang dilakukan AS terhadap Korut tersebut, 11 12 dengan yang pernah terjadi terhadap Libia, Irak, dan Iran, bahkan RRC pada era lalu. Dan, mungkin saja, masih ada deretan Negara-negara di Dunia yang menjadi sasaran AS. Kelakuan AS itu pun diikuti dengan manis oleh para pengikut setianya secara terang-terangan dan diam-diam.
Korut pun menjadi penting dan perhatian Dunia, yang dibangun dan dibentuk AS, utamanya tentang rezim, diktatorisme, kekuatan dinasti kekuasaan, penindasan dan pembatasan HAM, dan segala sesuatu yang jelek-jelek menurut AS dan sekutunya. Tapi, betulkah di Korut seperti itu? Padahal, informasi tentang dan dari Korut hanya tipis, hasil mata-mata, atau pun opini dari seberang lautan.
Itulah cara dan ciri AS membangun opini dunia terhadap suatu Negara; doeloe, AS berhasil membentuk opini miring terhadap Vietnam Utara, Uni Soyet, Jerman Timur, Hongaria, Rumania, Lybia, Irak, Iran, Polandia, seperti itu; semuanya berujung dengan revolusi rakyat. Dan, ada kemungkinan, AS pun bermain di belakang keruntuhan Ferdinan Marcos, Soeharto, Idi Amin, dan lain sebagainya. AS berhasil.
Tapi, di/dan tentang Korut, AS nyaris mulai putus asa. Oleh sebab itu, AS tanpa lelah 'mengajak' siapa pun agra mengikuti jejak mereka. Dan, nantinya, jika ada celah, maka AS dan pengikutnya menghancurkan Korut.
Bagaimana di Indonesia? Agaknya, sebagian besar orang Indonesia mengikuti jejak AS; serta ikutan menilai Korut sebagai rezim dengan segala macam perilaku rezimnisme. Dengan demikian, Indonesia pun ada dan berada pada 'kelompok' Korut harus mengalami perubahan; dan caranya adalah meruntuhkan Dinasti yang berkuasa di sana.Â
Itulah Indonesia; itulah kita. Lebih baik Orang Indonesia mengurus, memperhatikan, membangun Negeri, daripada ikutan ramai-ramai tentang Korea Utara.Â
Cukuplah.
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini