Catatan Kompasiana tentang Kompasiana
Tidak terasa, tahun ini Kompasiana memasuki usianya yang ke-10. Platform blog terbesar se-Asia Tenggara ini menjelma menjadi rumah bagi warga untuk berpendapat, menceritakan, berbagi informasi segala hal problematika yang terjadi di daerahnya, yang bahkan sempat luput dari perhatian media.
Sebagai ruang berbagi pegiat literasi media, Kompasiana juga membentuk keakraban antar penulisnya yang tidak hanya terbatas dari Sabang sampai Merauke, tetapi juga telah tersebar hingga ke 5 Benua.
Menulis sebagai Ungkapan Gagasan
Sama halnya dengan idea, gagasan, opini, pendapat, pokok-pokok pikiran, selalu ada di/dalam/pada hati, pikiran, diri, tubuh, roh, dan jiwa; rapi tersimpan dengan manis. Ia akan tetap di situ, jika tak dikeluarkan menjadi kata-kata teratur dalam bentuk tulisan agar terbaca oleh diri sendiri dan orang lain.
Hal-hal di atas, sebetulnya pernah dan sering terjadi pada banyak orang yang suka dan senang (atau pun tidak) menulis; menulis apa saja. Kadang begitu banyak hal yang ada di dalam pikiran, sehingga sulit untuk memilih dan memilah, mana yang akan ditulis atau dirangkai menjadi kata-kata indah berbentuk artikel. Tapi, kadang karena sangat banyak itu, maka tak ada satu pun yang dipilih dan terpilih menjadi tulisan.
Menulis karena berhasil memilih dan memilah idea, gagasan, pokok-pokok pikiran; atau justru menulis hal yang berbeda dengan apa yang dalam pokok pikiran, berbeda dengan idea, gagasan, pokok pikiran yang telah ada sebelumnya.
Ya. Saya pun sering berkata ke mereka yang mulai menulis atau penulis pemula, "Kadang kita menulis seperti air mengalir; mengalir dari dalam hati; dan bukan karena telah ada di/dalam hati atau sebelumnya telah ada dalam diri. Kita bisa menulis karena kosong dan tak ada apa-apa dalam pikiran." Dan, itu yang terjadi pada diriku.
Selain itu, ketika muncul di Kompasiana, dengan semangat 'Anti Kekerasan Atas Nama Agama,' berdampak pada menulis sambil 'menyerang' sejumlah ormas dan kelompok radikal. Saking asyiknya melakukan penyerangan, hingga melanggar TOC Kompasiana. Dampaknya adalah, lebih dari 10 artikel didelete para Admin. Walau seperti itu, diriku 'pantang menyerah dan tobat.' Naas pun tiba, akun kompasiana.com/jappy pun tewas, pada 5 Oktober 2013. Sedih.
Pada tanggal yang sama, kubuat akun baru Kompasiana.com/opajappy, dengan tag line 'Bebas Menyuarakan Kebebasan.' Dengan tag line yang agak lembut tersebut, saya tetap saja kritisi siapa dan apa pun melalui Kompasiana.
Namun, di balik semuanya itu, hasil dari 'berngompasiana' tersebut, juga tak main-main; minimal, Opa Jappy atau siapa pun dia sebagai Kompasianer, dikenal publik terutama Nitizaen dan Bloger. Bahkan, di kalangan 'Jurnalis Warga,' para Kompasianer (yang bermutu dan artikelnya  bagus) cukup punya nama, populer, dan dikenal.
Selain itu, khususnya saya pribadi, pada 10 tahun Kompasiana dan sekian lama menulis di Kompasiana, ternyata telah menulis lebih dari 2000 artikel di Kompasiana; dan minimal sudah 8 Juta orang membaca tulisan saya. Suatu rekor yang cukup tinggi. Jujur, semuanya itu merupakan 'suatu kebanggaan' tersendiri, dan juga kepuasan bathin yang tak terucapkan, namun bukan suatu kesombongan dan keangkuhan.
Dengan sedikit berlelah, saya mencoba menulusuri di google dengan kata kunci 'Opa Jappy; Jappy M Pellokila; Oleh Opa Jappy; Artikel oleh Jappy M Pellokila,' Â ternyata tulisan-tulisan (saya) di Kompasiana tersebut muncul pada (dan sebagai) blog pribadi, media online (main stream dan non main stream), situs resmi Perguruan Tinggi, situs Polri, situs LSM, situs Akademik, dan juga refrensi pada skripsi dan thesis; bahkan muncul di sejumlah e-book.
Melihat kenyataan dan fakta seperti itu, memunculkan kesadaran dan tekad untuk (hanya) menghasilkan tulisan-tulisan bermutu, sesuai data dan fakta atau tidak hoaks, serta sedapat mungkin menambah pengetahuan pembaca. Sekaligus merupakan bentuk edukasi publik serta bermuatan informasi yang bermanfaat untuk semua.Â
Dengan itu, (diriku) menulis bukan untuk terkenal, namun agar gagasan, idea, opini, pemikiran (saya) sampai ke ruang-ruang pribadi publik. Dan di sana lah, ada interaksi antara publik (pembaca) dengan saya, walau melalui hanya tulisan atau artikel.
Cukup lah
Selamat Ulang Tahun Kompasiana ke 10
Opa Jappy | Tetap Menulis, Walau Sudah Berusia di atas 60 Tahun