Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jangan Memilih Politisi Penyebar Hoaks

8 Oktober 2018   21:05 Diperbarui: 14 Oktober 2018   15:16 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Kompasiana

Pada tanggal 7 September 2018 yang lalu, saya menulis tentang adanya politisi yang menyebarkan hoak. Menurut saya, pada konteks kekinian di Indonesia, tidak sedikit politisi yang justru melakukan kegiatan politis dan politik dengan cara-cara yang tak bermartabat, jauh dari etika, penuh kebencian, serta menyuarakan hal-hal yang bersifat hoaks.

Tidak disangka, tak lebih dari sebulan, di Negeri Tercinta, sejak awal Oktober, publik digemparkan dengan ungkapan 'asal jadi atau asal jawab' yang dikembangkan (dan disebarkan serta tersebar) sebagai hoaks. Dan, lucunya lagi, hoaks tersebut diberi muatan atau dihubungkan dengan politik. Sehingga, secara terang benderang sejumlah poolitisi menjadi 'terlibat' pada penyebaran hoaks; kini, semakin ramai karena para penyebar hoaks tersebut berhadapan dengan aparat hukum.

Apa yang sebetulnya terjadi? Saya urutkan satu persatu

Bohong

Bohong adalah kata-kata, kalimat, orasi, narasi, atau pun ungkapan yang tidak sesuai dengan keadaan (hal, fakta, data) yang sebenarnya. Sejak kapan 'bohong' itu ada? Agaknya perilaku bohong, dan berbohong (seseorang yang telah bohong) serta pembohong (orang selalu bohong dan berbohong) telah di antara hidup dan kehidupan manusia; dan terjadi pada interaksi antar manusia pada hampir semua aktivitas.

Dalam kaitan dengan hidup dan kehidupan manusia, umumnya, seseorang bohong (dan  berbohong) karena berbagai alasan. Misalnya, (i) karena ingin menutupi hal yang sebenarnya, (ii) membenarkan diri, (iii) tidak mau menjelaskan secara detail, (iv) menghindari pertanyaan-pertanyaan lanjutan, (v) takut, (vi) menyembunyikan sesuatu, (vii) mendapat keuntungan dari kebohongan, (viii) mencapai tujuan tertentu, (ix) dan lain sebagainyan. Dengan demikian, masih banyak alasan (tujuan dan motivasi) pada seseorang sehingga ia bohong dan berbohong.

Langsung saja. Jika dihubungkan dengan kasus Ratna Sarumpaet, berdasarkan pengakuannya, maka ia masuk (masih) pada taraf bohong atau pun berbohong. Ia bohong agar tidak lagi ditanyakan oleh orang lain.

Namun, agaknya cerita tentang 'penganiayaan' tersebut kemudian menjadi hoaks karena dikembangkan oleh orang lain. Ketika sudah menjadi hoaks, Ratna pun tidak berupaya (sejak awal atau dini) membantah hak tersebut. Ia malah 'menikmati' semua pemberitaan (oleh orang lain) bahwa dirinya mengalami penyiksaan di Bandung. [Note: Ini jika kesampingkan bahwa Ratna ikut dalam skenario besar, bahwa terlah terjadi kekerasan karena alasan politik; dan Ratna adalah korban kekerasan dari lawan politik. Skenario ini berkembang di area publik; tujuannya adalah 'menyerang pemerintah,' utamanya lawan politik, lihat di bawah].

Hoax

HOAX adalah something intended to deceive; deliberate trickery intended to gain an advantage; A deception for mockery or mischief; a deceptive trick or story; a practical joke; subject to a playful hoax or joke; To deceive by a story or a trick, for sport or mischief; to impose upon sportively.

Dengan kata kata-kata dan bahasa yang beda, maka Hoaks, adalah sesuatu untuk menipu; tipuan yang disengaja untuk mendapatkan keuntungan, manfaat tertentu; sesuatu tersebut bisa berupa, kata-kata, kisah, cerita, gambar, grafis, film, video, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hoaks bisa saja berisi hal-hal ada, fakta, peristiwa (pada masa dan sikonnya), yang ditampilkan ulang sebagai ada dan benar pada waktu dan sikon yang beda/berbeda (yang kemudian/belakangan) atau disesuaikan dengan kepentingan Sang Penyebar Hoaks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun