Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

9 Tahun Kompasiana dengan Artikel yang Dibaca oleh Lebih dari 4.9 Juta Orang

6 November 2017   13:08 Diperbarui: 6 November 2017   13:47 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot Akun Kompasiana.com/jappy; dengan statistik lebih tinggi dari Akun Kompasiana.com/kompasiana

Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur--Tahun 2007, ketika saya terpaksa 'melarikan diri' dari Jakarta Utara, saya menyatu dalam area tak bertuan di Selatan Jakarta.

Karena harus menyelesaikan draft modul Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian untuk beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (sambil susun Proposal Disertasi, dengan fokus hubungan Agama dan Negara) maka semakin lama waktu di depan laptop, tapi tak bisa nginap di Kampus. 

Saat itu, menjamur warnet 24 Jam, disitulah kuhabiskan banyak malam; paginya pulang rumah, mandi, ganti pakaian, dan kembali mencari area nyaman untuk menulis.

Suatu waktu, pada 2008, ketika mengejar refrensi, muncul situs Kompasiana, dengan aneka tulisan baru, original, hangat, namun perlu kroscek data di situs lainnya agar bisa sebagai refrensi tambahan. Sejak itu, Kompasiana bisa diandalkan untuk menuju ke situs lainnya. Padahal, Kompasiana baru secara resmi diluncurkan pada 22 Oktober 2008.

Jadi ingat, waktu itu Oktober 2010, saya baru selesai nulis artikel pendek tentang Nilai-nilai Hidup dan Kehidupan, sebagai bagian dari Modul Pengembangan Kepribadian; agar mendapat tanggapan publik, artikel tersebut saya publish di Kompasiana. Jadinya, buat akun serta publikasi tulisan pertama 26 Oktotober 2010.

Screenshoot Pribadi
Screenshoot Pribadi
Sejak itulah, ratusan artikel mengalir lancar dariku; setiap ada waktu luang, langsung terbitkan tulisan. Tak sedikit tulisan yang mencapai lebih dari 500 pembaca, (Note: Waktu itu, artikel di Kompasiana dibaca oleh lebih dari 100 pembaca, sudah bagus).

Saat itu, dengan adanya Kompasiana, 'penulis akademis' (dari kalangan Kampus), seperti saya, berupaya dan belajar banyak dari para jurnalis Kompas, karena Kompasiana sebagai medium interaksi jurnalis di Kompas Gramedia. Jadi, kami 'mencuri' ilmu mereka, dan adaptasikan pada saat menulis.

Sehingga, artikel (yang akan dipublikasi di Kompasiana) tak lagi dengan bahasa baku, catatan kaki, dan lain-lain, melainkan berwarna jurnalistik/is dan bisa dibaca serta dimengerti oleh semua kalangan.

Hasil dari 'mencuri ilmu' tersebut, bagi saya, menghasilkan tulisan-tulisan yang dibaca oleh ribuan atau puh puluhan ribu orang.

Bahkan, salah satu tulisan saya, hingga kini dibaca oleh lebih dari 4.9 juta orang. Mungkin, pemegang rekor dunia sebagai 'Artikel yang Paling Banyak Dibaca.'

Screenshoot Pribadi
Screenshoot Pribadi
Selain itu, ketika muncul di Kompasiana, dengan semangat 'Anti Kekerasan Atas Nama Agama,' berdampak pada menulis sambil 'menyerang' sejumlah ormas dan kelompok radikal. Saking asyiknya melakukan penyerangan, hingga melanggar TOC Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun