Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mimpi Seorang Ibu Single Parent

27 September 2017   09:09 Diperbarui: 27 September 2017   09:31 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koleksi Pribadi

Margonda Residence, Depok--Daur dan durasi hidup dan kehidupan tak diduga serta terduga; perubahan, lama dan cepat, serta berakhirnya, tak disangka. Karena itu, ada kata-kata bijak yang mengatakan, "Hiduplah seakan kehidupanmu berakhir besok dan rencanakanlah kehidupanmu, seakan hidupmu mencapai seribu tahun." Ya, itulah hidup dan kehidupan.

Walau seperti itu, tak semua bisa puas, menikmati, optimis, serta antusias dengan hidup dan kehidupan dirinya. Seringkali, muncul bosan dan kebosanan, jenuh serta kejenuhan; ia muncul karena adanya kejenuhan, rutinitas, dan juga sepi serta kesepian.

Sama halnya yang terjadi dengan seorang Ibu Single Parent di Suatu Tempat. Ia mulai jenuh dengan semua hal yang dirinya lakukan. Jenuh pada rutinitas antar jemput anak, office, meeting sana-sini, dan setiap saat  merasa sendiri dalam kesendirian.

Dalam sikon itu, pada suatu malam, ia mendapat mimpi.

Ia melihat dirinya sedang memukul sebuah bongkahan besar batu granit dengan linggis. Tugasnya adalah memecahkan batu tersebut menjadi potongan-potongan kecil. Namun, sekeras apa pun usahanya, ia tidak sanggup memecah batu itu sepotong kecil pun. Karena lelah dan putus asa, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti.

Tak lama kemudian datanglah seseorang dan berkata, "Bukankah Anda diperintahkan untuk melakukan pekerjaan ini? Kewajiban Anda adalah melakukan sebaik mungkin, apa pun yang terjadi."

Kemudian, Sang Ibu dengan kebulatan hati yang baru, mengayunkan linggisnya tinggi-tinggi dan memukul batu granit tersebut hingga pecah. Batu itu pecah berkeping-keping. Ia hampir menyerah, dan melewatkan satu pukulan yang menghancurkan.

Bukankah Sang Khalik ingin agar kita tetap melakukan pekerjaan yang ditugaskan-Nya, entah seberapa besar kesulitannya, seberapa remeh atau ringan; jika sudah merupakan tugas, maka kerjakanlah.

Sekalipun keberhasilan tampak jauh dan mustahil, kita harus tetap berdiri dengan teguh dan meyakini bahwa tetap ada upah berlimpah bagi orang yang tekun.

Apakah Anda merasa lelah dengan rutinitas hidup dan kehidupan dirimu?

Apakah Anda pernah berkecil hati dan tergoda untuk "menyerah kalah"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun