Â
Dalam hening, suara itu, kembali memanggil dengan jelas; ia muncul dalam gemuruh kesepian angin malam.
Memaksaku untuk menjawab; namun tetap kumenolak.
Hanya kumenyadari bahwa
"Darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan;
 saat kematianku sudah dekat.
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik;
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang dikaruniakan Tuhan padaku."
Lalu, kumenyadari, jika saatnya tiba, maka
Ku tak mau dikubur pada  ketinggian, karena dirimu akan lelah mendaki untuk menemuiku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!