Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perayaan Tahun Baru 1 Januari Bukan Milik Umat Kristen

31 Desember 2014   04:05 Diperbarui: 29 Februari 2020   18:49 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, situs islampos.com memuat berita yang beratajuk, PBNU; Tahun Baru Masehi Milik Umat Kristen. Situs tersebut memuat respon dari Lebaga Bahtsul Masail PBNU, terhadap perayaan Tahun Baru (1 Januari) yang dirakan oleh pemerinta dan umat Isalam.

Selanjutnya menurut Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU, KH. Cholil Nafis.

Perayaan tahun baru tersebut bukan milik umat Islam. Dia menjelaskan tahun baru masehi adalah tahun umat Kristiani yang menghitung awal tahun dari kelahiran Nabi Isa (Yesus). Oleh karena itu, tidak ada hubungan dan kepentingan umat Islam dengan pergantian tahun yang dimulai pukul 00.00 pada tanggal 31 Desember itu.

Jadi, umat Islam tidak baik dan tidak perlu merayakan apapun berkenaan dengan pergantian tahun. Jika pergantian tahun Masehi berkenaan dengan mengisi liburan kerja dan sekolah, maka isilah dengan hal-hal yang positif.

Seperti acara-acara yang mendekatkan kita dengan keluarga. Atau memperingati maulid agar menambah kecintaan kita kepada Rasulullah SAW dan menguatkan ruh jihad fi sabilillah.

Umat Islam banyak evaluasi diri sehingga tidak menjadi umat yang ikut-ikutan. Kembalilah pada identitas seorang muslim. Kalau tahun baru kita maknai dengan perjalanan waktu, maka gunakanlah dengan muhasabah, dzikir dan banyak berbuat kebaikan.”

Ya, betul. Penanggalan Tahun Baru Masehi, yang diawali sekitar abad 4 AD/Masehi, tepat tanggal 1 Januari, karena pada waktu itu, diimani sebagai "tanggal kehidupan baru" sesuai dengan Kalender Julianus. Mungkin karena sebutan sebagai "Tahun Masehi" itulah, yang menjadikan banyak orang salah kaprah, lalu dihubungkan dengan iman dan ajaran Kristen.

Padahal, jauh sebelum disebut Tahun Baru Masehi, 1 Januari sudah dirayakan sebagai hari perubahan dan era baru. Pada era baru setelah 31 Desember, manusai dan alam semesta "masuk ke dalam" nuansa perubahan kosmos, serta membawa peruabahan pada semua hal yang pada alam semesta. Suatu kebiasaan lama di Romawi dan kemudian berkembang ke seluruh wilayah Pax Romana (kekuasaan Roma), oikos (dunia yang ada kehidupan dan budaya) dan polis (negara-negara kota) yang dalam kekuasaan serta taklukan Roma.

Mereka merayakan suatu kemenangan-keberhasilan mengikuti [mendampingi dari bumi/tanah] edaran Matahari [dan juga Bulan], dan kini Sang Matahari [Bulan] telah kembali ke tempat semula [ketika mulai berputar]. Manusia, sebagai makhluk bawah/bumi/tanah mengikuti irama edaran Matahari dan penguasa di balik Sang Matahari itu.

Dan sebagai tanda kemenangan-keberhasilan, pada masa lalu, orang-orang di era itu, melakukan berbagai ritual, tarian, persembahan, sesembahan [biasanya berupa buah-buahan - rumput-rumputan - sayur mayur, sebagai lambang tanah yang masih subur dan menghasilkan makanan] kepada Sang Penguasa Matahari, karena masih membiarkan matahari ada untuk menerangi serta mempengaruhi alur  hidup dan kehidupan.

Pesta Tahun Baru, akhiri tahun sebelumnya dan memasuki tahun yang baru telah dilakukan oleh orang-orang Romawi, Babel, Timur Tengah, Afrika, India, Tiongkok, dan bangsa-2 Eropa kuno, serta suku dan sub-suku di pelbagai penjuru Bumi, jauh sebelum ada Kristen [Katolik].

Dengan demikian 1 Januari telah menjaid menjadi "hari raya" sebelum ada Kristen dan kekristena; serta tak ada hubungannya dengam Iman serta Hari-hari Raya Kristen, yang dilakukan oleh Gereja atau umat Kristen.

Secara kebersamaan, Protestan -  Katolik, hanya mengenal Hari Raya [sesuai dengan Kalender Liturgi Gerejawi]; hari-hari tersebut adalah

Natal, merayakan Kelahiran Yesus Kristus

  1. Jumat Agung, merayakan Kematian Yesus Kristus di Salib
  2. Paskah, merayakan Kebangkitan Yesus Kristus
  3. Kenaikan, merayakan Kenaikan Yesus Kristus ke Surga
  4. Pentakosta, memperingati Peristiwa Turunn Roh Kudus

Selain itu, masih ada beberapa hari raya khusus,  dan hanya dirayakan oleh Protestan atau pun Katolik; misalnya Hari/Bulan Kitab Suci, Hari/Bulan Pelayanan dan Kesaksian, Hari/Bulan Oikoumenis, Hari Perjamuan Kudus Sedunia, dan lain sebagainya.

Pada sikon kekinian, di sini dan pada banyak tempat di Bumi, model perayaan Tahun Baru seperti pada masa lalu tersebut, tentu telah beralih - mengalami pengalihan bentuk dan isi.  Tetapi, merayakan Tahun Baru sebagai sesuatu yang penuh sukacita, masih tetap sama. Ada kegembiraan karena [dengan segala kelebihan - kekurangan serta aneka warna hidup dan kehidupan] masih ada kesempatan untuk melewati dan memasuki [tahun yang lama serta tahun yang baru]

Dan semuanya itu, bukan saja milik Si Kristen, Si Protestan, Si Katolik, Si Budha, Si Hindu, dan para Si serta Si yang lain, tetapi milik semua umat manusia.

Untuk para penuduh dan penuding, pernahkah mengetahui apa yang dilakukan mayoritas Protestan dan Katolik di planet ini, pada 31 Desember, ada ibadah Tutup/Akhir Tahun di Gereja, biasanya harus selesai sebelum jam  00.00. Dan jelang  jam 00.00, pada tiap keluarga Protestan-katolik selalu berkumpul di rumah, untuk menaikkan doa bersama. Besoknya, 1 Januari, tak sedikit yang hadir di Gereja.

Mungkin karena jarak antara 25 Desember ke 1 Januari, cuma beberapa hari; dan pada 31 Desember dan 1 Januari, gereja-gereja melakukan kebaktian/ibadah Akhir Tahun dan Awal Tahun, apakah itu langsung disebut Hari Raya Kristen!?  Sungguh pendapat yang asal jadi dan asal bunyi.

Semuanya itu, hanya  sebagai tanda syukur, tanda syukur, dan tanda syukur serta ucapan sukur kepada TUHAN, Allah Yang Maha Esa serta Mahakuasa.

LIHATLAH juga, apakah kebaktian Akhir Tahun dan Awal Tahun tersebut penuh dengan pesta pora, pesta sex, mabuk-mabukan,  dan berbagai gila-gilaan lainnya!? Dan jika ada model akhiri tahun dan awali tahu seperti di atas, apakah itu milik dan cuma dilakukan oleh si kristen!? Mereka pasti beragama namun hanya beragama; dan mungkin saja mereka tak beragama dan memang tak peduli terhadap agama. Dan adalah suatu kenistaan jika mencap pesta tahun baru adalah produk iman kristen sehingga haram.

Sampai saat ini, sejak masa lalu, belum pernah ada atau tidak ada satu keputusan [organisasi] Gereja yang menyatakan bahwa 31 Desember dan 1 Januari sebagai HARI RAYA KRISTEN dan wajib-harus dikerjakan atau pun dirayakan oleh segenap orang Kristen. Sekali lagi, TIDAK PERNAH ADA dan TAK PERNAH ADA.

Jadi, siapa pun dia, dari lapisan apa pun, beragama atau tak beragama, punya hak yang merayakan akhir dan awal tahun.

Akhir dan Awal tahun adalah milik semua manusia, milik semua ciptaan [jika masih percaya bahwa alam semesta ada karena ciptaan TUHAN].

Akhir dan Awal tahun, hanya pintu tak terlihat, yang di dalamnya ada peralihan diri dari sesuatu yang kemarin ke sesuatu yang besok. Semuanya masih sama, hanya kalender yang berubah.

Akhir dan Awal tahun adalah refleksi hidup dan kehidupan.

Opa Jappy - Jakarta Selatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun