Selalu Ada Alasan
Betapapun dicurigainya kualitas laga Rusia versus Arab, penggemar sepak bola selalu punya alasan menontonnya. Untuk menyambut Piala Dunia, The Guardian menanyai satu penggemar dari setiap negara yang tidak lolos Piala Dunia 2018 tentang siapa yang mereka dukung, prediksi juara, dan tim yang tidak disukai. Jawaban menarik datang dari Colm, warga Irlandia yang menyebut Rusia dan Arab Saudi untuk tim paling enggan dia didukung. Alasannya, persoalan rekam jejak kemanusiaan kedua negara.
The National melansir, semenjak intervensi militer Rusia hadir untuk memastikan kelangsungan hidup rezim Al Assad dengan mengubah keseimbangan kekuasaan di Syria, Arab Saudi mendorong komunikasi dua pihak. SitusBeritagar juga menyebut perbaikan hubungan ini boleh jadi dilatari tidak harmonisnya hubungan kedua negara dengan poros Washington. Pengusiran diplomat Rusia oleh Amerika Serikat, serta kekecewaan Arab Saudi dengan sikap AS dalam konflik mereka dengan Qatar memberi alasan tambahan.
Menurunnya tensi relasi kedua negara ditandai kunjungan Raja Salman ke Moskow pada 4-7 Oktober 2017. Kunjungan resmi pertama dalam sejarah kemonarkian Arab itu menghaslkan 15 perjanjian kerja sama meliputi urusan pengendalian harga minyak mentah, problematika militer, dan eksplorasi luar angkasa. Relasi tersebut semakin dipererat dengan kunjungan Pangeran Mohammed bin Salman yang bakal menjumpai Vladimir Putin untuk membicarakan pemotongan produksi minyak global pada Juni ini. Dikabarkan Business Insider, pewaris tahta kerajaan yang mengawasi kebijakan energi dan pertahanan itu bakal menghadari acara pembukaan Piala Dunia.
Gestur tersebut amat menunjukkan diplomasi kedua negara dalam situasi membaik. Maka, pertandingan pembuka Piala Dunia nanti menjadi simbolisasi lanjutan hubungan internasional dua pihak. Mungkin terkesan naif, tapi semoga saja persaingan antara Sergei Ignasevich dan Mohammad Al-Sahlawi di atas rumput hijau bisa menjadi tahap berikutnya untuk kedua negara menciptakan dunia yang lebih baik daripada sebelumnya. Biarlah rivalitas sebatas di lapangan demi tersaji hiburan, bukan di medan perang yang mutlak beri kesengsaraan.
Rusia dan Arab berjumpa pada partai sepak bola pun sudah kelewat lama, yakni saatArab Saudi menang 4-2 di laga persahabatan tahun 1993. Dua gol legenda Celta Vigo, Alexandr 'El Zar' Mostovoi tidak bisa menandingi torehan brace Khaled Messed beserta sumbangan gol Hamza Idriss Falatah dan Fahad Mehallel. Perjumpaan itu masih menjadi satu-satunya untuk kedua negara sampai malam 14 Juni 2018 yang bersejarah tiba.
Laga Piala Dunia selalu memberi pernik tersendiri dalam narasi panjang sepak bola. Buncahan emosi setelah gol pertama selalu terasa sekalipun hanya disaksikan layar kaca. Terlengkapi dengan selebrasi gol yang mudah terkenang, seperti milik Papa Bouba Diop pada Piala Dunia 2002 dan perayaan gol Piala Dunia pertama di bumi Afrika hasil lesatan Siphiwe Tshabalala.Â
Meski tidak pernah mencapai puncak dalam konstelasi sepak bola dunia, tapi nama keduanya harum dari sana. Suatu kewajaran kalau pemain yang cetak gol pertama nanti merayakan dengan heboh. Bergaya buas seperti beruang merah? Bersujud bersama di hari terakhir Ramadan? Entah apa, tapi keunikan selebrasi kelak tayang berulang-ulang.
Barang kali terlalu jauh mengidamkan pertandingan ini bisa beri pengaruh terhadap diplomasi kedua negara yang berujung perbaikan dunia. Barang kali kualitas pertandingan ini malah super menjenuhkan dengan hasil skor kacamata. Namun percayalah, setidak-tidaknya tetap ada fungsi praktis berdaya guna. Minimal, laga pembuka Rusia melawan Arab Saudi ini bisa menjadi bahan pencair kekikukan setelah lama tidak berbincang dengan saudara saat Lebaran tiba.
Menjadi basa-basi pembuka berbunyi, "Semalam nonton Rusia lawan Arab?", dilanjut "Memang Piala Dunia sekarang dukung siapa?" dan "Siapa yang bakal juara?", lalu ditambah analisis tajam bak pundit sepak bola yang mendasari argumen. Obrolan beberapa menit itu setidaknya menyelamatkan diri sementara dari berondongan pertanyaan klise yang terus mengejar, seperti "Kapan lulus?", "Kapan kerja?", "Kapan punya pacar?", "Kapan nikah?", "Kapan punya rumah sendiri?", "Kapan mau punya anak", "Kapan mau kasih si dede adik?" dsb. dari sanak famili yang tidak familiar dengan sepak bola.