Sudah hampir seminggu ini notif chat group whatsapp komplek perumahan saya sedang hingar bingarnya. Hilir mudik chat dari anggota grup terkait pemilihan ketua RW yang salah satu kandidatnya adalah mantan ketua RT kami sangat kencang menghiasi layar smartphoneku. Â
Bahkan pagi sebelum ayam berkokok dan Toa masjid masih belum mengumandangkan azan subuh chat mereka sudah membanggunkan saya, Alhamdulillah semoga karena mereka sedang Qiyamul Lail  mendoakan kandidat favorit mereka sembari mengatur strategi hasil dari istikharah.
"Pesta" Demokrasi tingkat nasional sudah usai tahun ini tapi atmosfirnya menghangat kembali di komplek kami, hampir tiap malam bapak-bapak RT kami yang juga timses cakerw (calon ketua RW) membuat berbagai macam desain alat kampanye baliho, spanduk pamflet dan skenario buzer di group whatsapp. Â saya sendiri kadang hanya keluar rumah menyapa mereka sedikit berbasa basi dan kembali masuk melanjutkan mimpi.Â
Memang dari masih mahasiswa sampai setua ini untuk jenis pesta ini saya tidak pernah tertarik. Bahkan saat teman - teman angkatan kami dulu mencalonkan saya sebagai ketua organisasi, saya memberikan syarat ga usah pake kampanye kita buka debat visi misi aja, hampir semua  mundur alon-alon mergo ngerti, aku sopo (sambil nyanyi versi illux) , balik kanan mencari kandidat lain yang mau mereka orbitkan lewat metode "pesta" yang katanya harus meriah.Â
Tapi mohon husnudzan kepada saya untuk urusan hak pilih saya tidak pernah melewatkannya , saya tetap memilih di "pesta" itu karena tujuan pesta nya kan adalah memilih sesuai pemikiran dan visi misi nya.
Kembali ke komplek saya, pagi tadi ada chat grup memberikan informasi bahwa baliho kandidat cakerw kami roboh, spanduk jatuh, dan beberapa poster terlepas disertai photo2 bukti dan caption "saya kira kalau roboh karena angin ga mungkin seperti ini?" mungkin saja di sengaja ini dan...... sampai saya selesai subuh, masak, mandi, sarapan dan bersiap nyemplak kuda besi untuk kekantor notif chat group kami sudah lebih dari 100.Â
Sebenarnya saya sudah berpikir ga mau lewat pos satpam depan tapi karena itu jalan satu-satu nya untuk keluar ke jalan raya apa boleh buat. dan seperti yang saya takutkan mereka menyetop saya dan menarik ke diskusi tentang kecurangan yang di lakukan kandidat sebelah.Â
"Cek aja dulu bapak-bapak, mungkin memang kena angin, dan menurut saya mending di pasang lagi saja dulu" , "ga bisa lah mas, ini ga bisa di biarkan mereka ga boleh menang dengan cara seperti itu, kita harus lawan" seorang bapak yang tinggal di gang sebelah menimpali.Â
Keadaan memanas antara yang kontra dan pro terkait usulan akan membawa masalah ini ke tingkat kelurahan atau tetap tenang dan melanjutkan kampanye dengan damai.
Sebelum suasana menjadi panas, saya melipir undur diri keluar gerbang dan melanjutkan perjalanan ke kantor, menikmati spanduk2 , baliho dan poster2 dari kedua kandidat cakerw yang sedang berlaga.Â
Masyarakat masih meyakini pemilihan umum adalah harus dilakukan secara meriah karena ini adalah sebuah "pesta", ga asyiek kan kalau pesta hanya diam-diam an, ga ada yang bisa di kenang.Â